Indoposonline.NET – PT Bank Ina Perdana (BINA) berencana rights issue 2 miliar saham. Aksi korporasi dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) bernilai nominal Rp100 per lembar saham. Dan, aksi tersebut telah mengantongi pemegang saham Bank Ina pada ajang Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), di Jakarta, hari ini.
”Right issue merupakan mandatory regulator perbankan alias Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewajibkan bank umum wajib memiliki modal inti Rp2 triliun tahun ini, dan sejumlah Rp3 triliun pada 2023,” tutur Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu, di Jakarta, Rabu (16/6).
Baca juga: Jejak Wall Street, Anak Usaha MNC Vision IPO di Nasdaq
Target dana hasil aksi korporasi itu minimal sekitar Rp1 triliun. Namun pelaksanaan tergantung pasar. Namun, manajemen Bank Ina berharap hajatan rights issue bisa terwujud tahun ini. Para pemegang saham Bank Ina, kemungkinan menyerap HMETD tersebut. “Kemungkinan pemegang saham utama ikut terlibat,” harapnya.
Sementara itu, laba bersih tahun lalu Rp 19,38 miliar untuk sejumlah keperluan. Sebesar Rp3,88 miliar dibukukan sebagai pembentukan dana cadangan umum. Sisa Rp15,5 miliar sebagai laba ditahan. Artinya, untuk kali kedua beruntun Bank Ina tidak menebar dividen.
Baca juga: Keuangan Solid, Pefindo Tegaskan Rating Telkom Indonesia idAAA
Para pemegang saham menyetujui untuk mengangkat Inawaty Handojo, Yohanes Santoso Wibowo, dan Josavia Rachman Ichwan dalam jajaran dewan komisaris, serta Yulius Purnama Junaedi sebagai direktur.
Sekadar informasi, komposisi kepemilikan saham perseroan saat ini terdiri dari PT Indolife Pensiontama memegang 22,47 persen, PT Gaya Hidup Masa Kini mengempit 9,98 persen, PT Philadel Terra Lestari menguasai 7,53 persen, PT Samudera Biru 16,51 persen, Trustee Of NS Financial Fund di bawah kelolaan DBS Bank Ltd 10,49 persen, Asean Financial dikelola Liontrust 18,29 persen, dan sisanya masyarakat. Adapun pemegang saham pengendali penerima manfaat terakhir atau ultimate shareholder adalah Anthoni Salim. (abg)