indoposnews.co.id – Penerbitan surat utang syariah atau sukuk korporasi bakal semarak tahun ini. Per 31 Januari 2023, Pefindo menerima mandat penerbitan sukuk korporasi dengan nilai emisi Rp11,2 triliun. Angka itu, relatif tinggi menilik total emisi sukuk 2022 sejumlah Rp20,4 triliun.
”Kami yakin nilai emisi sukuk masih bisa bergerak lagi pada bulan-bulan berikutnya,” tutur Kepala Divisi Pemeringkatan Korporasi Pefindo Niken Indriarsih, Senin (13/2).
Nilai emisi sukuk 2022, tertinggi lima tahun terakhir. Pada 2017, nilai sukuk hanya Rp7 triliun, kemudian pada 2018 naik menjadi Rp10 triliun, dan pada 2019 meningkat mencapai Rp16,6 triliun. Lalu, efek pandemi pada 2020, nilai penerbitan sukuk turun tajam menjadi Rp8 triliun. Penerbitan sukuk meningkat pada 2021 senilai Rp13,5 triliun, dan tembus Rp20,4 triliun pada 2022.
Baca juga: Dominasi Pasar, Pefindo Catat Rekor Tertinggi Penerbitan EBUS
Faktor pendukung penerbitan sukuk korporasi karena instrumen itu memiliki basis investor luas. Baik itu syariah, dan konvensional. Berbeda dengan obligasi biasa dengan basis investor dari konvensional. Emiten penerbit sukuk mendapat sejumlah insentif dengan biaya registrasi lebih murah. Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) dengan mekanisme sukuk memiliki tenor lebih panjang.
Penerbitan sukuk tahun ini banyak ditopang perusahaan pembiayaan khususnya pembiayaan mikro. Itu untuk pengembangan industri pembiayaan syariah. Pasalnya, pembiayaan mikro banyak diarahkan menggunakan akad syariah. ”Jadi, itu akan mendorong penerbitan instrumen sukuk, dan Medium Term Notes (MTN) syariah,” tambah Danan Dito, Analis Divisi Pemeringkatan Jasa Keuangan Pefindo.
Di samping itu, penerbitan sukuk juga didukung kebutuhan refinancing. Maklum, sejumlah surat utang akan jatuh tempo tahun ini. Berdasar data Pefindo, nilai emisi sukuk akan jatuh tempo pada 2023 mencapai Rp14,8 triliun.
Baca juga: Paling Top! Pefindo i-Grade Sajikan Return 21,45 Persen
Di sisi lain, penerbitan obligasi korporasi sepanjang 2022 menembus angka Rp163,63 triliun. Meroket 44,72 persen dibanding periode sama 2021 senilai Rp113,07 triliun. Korporasi sektor multifinansial paling dominan senilai Rp27,08 triliun.
Selanjutnya, sektor industri pengolahan pulp dan kertas dengan nilai emisi Rp26,25 triliun, dan pertambangan Rp16,32 triliun. “Nah, dari angka itu, Pefindo mencatat pemeringkatan Rp132,69 triliun, setara 81 persen dari total obligasi. Menanjak 17 persen dari 2021 sekitar Rp84,41 triliun,” tegas Niken.
Tahun lalu, penerbitan surat utang korporasi tertinggi sejak 2017 dengan nilai mencapai Rp162 triliun. Kondisi itu, ikut memengaruhi penerbitan obligasi korporasi. Sebagian besar penerbitan 2017 jatuh tempo pada 2022, dan bertujuan untuk refinancing. ”Selain itu, ada kebutuhan untuk pengembangan usaha lebih baik dari 2020-2021,” imbuhnya.
Baca juga: Pefindo Terima Mandat Obligasi Rp11,15 Triliun, Sektor Ini Paling Dominan
Tahun lalu, harga komoditas juga cenderung lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, emiten butuh modal kerja lebih tinggi. Suku bunga cenderung lebih kondusif pada awal 2022 dibanding paruh kedua. Pefindo menerima mandat penerbitan surat utang baru pada kuartal IV/2022 didominasi sektor infrastruktur.
Sektor konstruksi menerbitkan surat utang senilai Rp3,90 triliun, properti Rp2,15 triliun, jalan tol Rp2,12 triliun, dan manufaktur Rp1 triliun. Dari jumlah itu, sekitar 77 persen dana hasil penerbitan surat utang untuk kebutuhan refinancing, dan sisa 23 persen untuk belanja modal. (abg)