indoposnews.co.id – Selama ini otak hanya digunakan untuk problem solving, mempelajari pengetahuan atau berhitung. Sementara, yang terkait dengan perasaan, emosi, feeling semuanya ada di hati. Ternyata itu salah besar.
Semua yang dirasakan di dada dalam bentuk emosi yang campur aduk, perasaan marah, benci bahkan cinta ternyata adalah produk dari otak. Semua itu adalah produk dari sebuah proses berpikir. Ya. Semua itu adalah bukti bahwa pikiran dan tubuh adalah satu kesatuan. Karena, pikiran dan tubuh adalah satu kesatuan, maka banyak pula penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh pikiran. Maag, asam urat, diabetes, kolesterol, stroke, jantung semua adalah akibat dari beban pikiran yang terakumulasi sehingga mengganggu fungsi kerja organ tubuh. Meskipun ada juga penyakit yang disebabkan oleh virus atau bakteri dari luar tubuh, ternyata lemahnya sistem imunitas dalam melawan segala parasit dari luar ternyata juga diakibatkan oleh pikiran.
Ketika lelah dan stres, sistem imunitas melemah. Ketika bahagia, sistem imunitas meningkat. Itu adalah bukti bahwa pikiran dan tubuh adalah satu kesatuan.
Fakta bahwa pikiran dan tubuh adalah satu kesatuan, maka kita dapat menggunakan pikiran kita untuk melakukan proses penyembuhan secara mandiri (self-healing). Tentu saja dengan memikirkan hal-hal yang positif, sugestif dan bermanfaat untuk membuat tubuh lebih sehat dan lebih imun terhadap segala jenis penyakit.
Keyakinan (belief) mengenai dirilah yang justru membuat seseorang menjadi berhasil atau tidak. Darimana keyakinan mengenai diri itu terbentuk? Dari semua pengalaman yang kita alami yang akhirnya diberi makna dan disederhanakan menjadi sebuah definisi diri.
Belief terbentuk dari pengalaman masa lalu, hal-hal yang kita alami baik atau buruk, keyakinan yang ditanamkan oleh orang tua, orang yang lebih berpengaruh atau budaya masyarakat dan bahkan agama. Belief merupakan sebuah persepsi mengenai sesuatu yang dengan sengaja dipilih sebagai kebenaran.
Karena belief terbentuk dari persepsi atas pengalaman, maka setiap orang bisa mempunyai belief yang berbeda meskipun mengalami hal yang sama. Lalu, apa kaitan belief dengan penyembuhan diri sendiri (self healing)?
Pertama, bisa atau tidaknya melakukan self healing tergantung dari seberapa yakin Anda bisa melakukannya. Kedua, bisa atau tidaknya Anda membantu orang lain untuk melakukan self healing tergantung dari seberapa yakin Anda bisa melakukannya, dan seberapa yakin orang itu terhadap kemampuan Anda. Ketiga, efektif atau tidaknya self healing yang dilakukan, tergantung dari seberapa yakin Anda terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menciptakan seluruh dunia beserta isinya.
Tujuan dari self healing sendiri adalah untuk memahami diri sendiri, menerima ketidaksempurnaan, dan membentuk pikiran positif dari apa yang telah terjadi. Ketika berhasil melakukan self healing, maka kita akan menjadi pribadi yang lebih tegar dalam menghadapi kesulitan, kegagalan, dan trauma di masa lalu.
Bagaimana melakukan self healing?
- Self acceptance atau menerima diri sendiri
Permasalahan yang sering terjadi adalah kita tidak bisa menerima diri sendiri apa adanya. Justru kita ingin menjadi orang lain. Luangkan waktu sejenak untuk menerima diri sendiri apa adanya, dengan sisi baik dan buruk kita, dengan kegagalan dan kesalahan masa lalu kita. Hal seperti itulah yang dibutuhkan untuk melakukan self healing.
- Maafkan diri sendiri
Memaafkan orang lain atas apa pun yang telah mereka lakukan memang sulit, tetapi dengan cara ini, kita bisa melepaskan apa yang telah terjadi dan melanjutkan hidup tanpa beban masa lalu. Hal yang sama berlaku untuk diri sendiri ketika melakukan kesalahan. Jangan membawa beban emosional itu di masa depan karena tidak ada gunanya. Itu hanya akan mencegah kita untuk hidup bahagia.
- Melakukan kegiatan yang positif
Ketika mulai melakukan self healing, penting untuk menyaring hal-hal negatif yang dapat menyebabkan stres. Dibutuhkan upaya nyata untuk memerangi hal tersebut. Hindari menonton berita, membaca koran, atau mengakses sosial media untuk sesuatu yang tidak perlu. Cobalah untuk melakukan kegiatan positif, seperti baca buku atau mendengarkan musik yang ceria secara rutin karena secara tidak langsung otak akan mengirim pesan positif yang dapat meningkatkan mood dan mendukung proses self healing. (tim)
Sumber (*)