Indoposonline.net – PT Indosat Ooredoo (ISAT) mengambil sejumlah kebijakan strategis. Melalui rapat umum Pemegang saham tahunan (RUPST) tahun buku 2020 Kamis (6/5), manajemen emiten halo-halo itu, menelurkan empat kebijakan. Salah satunya, mengganti posisi komisaris perusahaan.
Ya, Heru Pambudi, harus terdongkel dari posisi sebagai komisaris perusahaan. Selanjutnya, kursi panas mantan Dirjen Bea cukai itu, diisi sosok baru yaitu Meirijal Nur. Heru tidak perlu bersedih. Karena saat ini, Heru menjabat sebagai Sekjen Kementerian Keuangan.
Baca juga: XL Axiata Gratiskan Biaya Telepon Korban Bencana Jatim-NTT
Selain pergantian komisaris, keputusan lain menyetujui laporan tahunan dan laporan keuangan tahun buku berakhir pada 31 Desember 2020. Keputusan itu disetujui secara aklamasi oleh para pemegang saham. Selanjutnya, menetapkan remunerasi dewan komisaris perseroan tahun 2021 sejumlah Rp32.803.025.346 termasuk pajak penghasilan. Melimpahkan kewenangan kepada dewan komisaris untuk menetapkan remunerasi direksi perseroan.
Terakhir, menunjuk Buntoro Rianto sebagai Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan sebagai Auditor Independen untuk tahun buku berakhir pada 31 Desember 2021. Manajemen mengklaim, tahun 2020 pembuktian Indosat Ooredoo meneruskan momentum pertumbuhan positif. ”Kami juga berkomitmen mendukung pemerintah menghadapi pandemi Cavid-19,” tutur Direktur Utama Indosat Ooredoo Ahmad Al-Neama, secara virtual Kamis (6/5).
Baca juga: XL Axiata Gratiskan Biaya Telepon Korban Bencana Jatim-NTT
Sedang jajaran komisaris Indosat terbaru sebagai berikut Sheikh Mohammed bin Abdulla Al Thani Komisaris Utama, George Bowring Challenor Komisaris, Nigel Thomas Byrne Komisaris, Prof. Dr. Sri Adiningsih Komisaris, Andrew Tor Oddvar Kvalseth Komisaris, Meirijal Nur Komisaris, Afini Boer Komisaris, Elisa Lumbantoruan Komisaris Independen, Wijayanto Samirin Komisaris Independen, dan Syed Maqbul Quader Komisaris Independen.
Sementara itu, komposisi anggota Direksi Perseroan tetap sama sejak penutupan RUPST ini sampai penutupan RUPST pada 2025 (dengan tetap memperhatikan ketentuan Anggaran Dasar Perseroan), yaitu Ahmad Abdulaziz A A Al-Neama Direktur Utama, Eyas Naif Saleh Assaf Direktur, Vikram Sinha Direktur, Arief Musta’in Direktur, dan Irsyad Sahroni Direktur Independen.
Baca juga: Digitalisasi, Telkom Indonesia Modernisasi Jaringan Full Fiber Optic
Sementara itu, pada kuartal I 2021 pendapatan Indosat tercatat 1,9 miliar Riyal Qatar atau setara Rp7,50 triliun (1 Riyal Qatar=Rp3.948,8 kurs 31 Maret), meningkat 13 persen dibanding periode sama 2020. EBITDA (pendapatan sebelum pajak, depresiasi dan amortisasi) meningkat menjadi 956 juta Riyal Qatar atau sekitar Rp3,77 triliun, naik 36 persen dibanding periode sama 2020 didorong kombinasi pertumbuhan top line dan efisiensi biaya.
Jumlah pelanggan Indosat mencapai 60 juta pelanggan, tumbuh 7 persen dibanding periode sama 2020 didukung strategi penawaran produk sederhana, relevan, transparan, dan investasi jaringan. Jumlah 60 juta pelanggan itu, menempatkan Indosat Ooredoo sebagai operator seluler kedua terbesar setelah Telkomsel, dan atas XL Axiata.
Baca juga: Desak Kominfo Audit Komitmen Pembangunan Infrastruktur XL Axiata
Lalu lintas layanan data tumbuh 46 persen secara tahunan (YoY) dengan ARPU (average rate per unit) terus tumbuh 11 persen. Kenaikan ARPU itu, juga melebihi operator seluler lain Indonesia rata-rata naik 8 persen.
Sekadar informasi, panjang 2020 Indosat membukukan kerugian Rp716,72 miliar. Itu berbanding terbalik dari periode sama 2019 dengan laba bersih Rp1,56 triliun. Laba bersih per saham minus Rp131,90 dari sebelumnya surplus Rp288,74.
Baca juga: LPS Berharap Penurunan Bunga Penjaminan Dorong Kredit tumbuh Lebih Tinggi
Pendapatan naik 6,92 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp27,9 triliun dari periode sama 2019 di level Rp26,11 triliun. Dan pendapatan seluler tumbuh 11,6 persen yoy menjadi Rp23,1 triliun, dari periode sama 2019 senilai Rp20,67 triliun. EBITDA naik 16 persen menjadi Rp11,4 triliun. Marjin EBITDA tercatat 40,9 persen, tumbuh 3,2 basis points (bps) dibanding tahun sebelumnya.
Jumlah pelanggan seluler tumbuh 1,7 persen menjadi 60,3 juta per akhir 2020, pendapatan rata-rata per pelanggan (ARPU) meroket menjadi Rp31,9 ribu dari sebelumnya Rp27,9 ribu, didorong lonjakan trafik data 52,8 persen.
Baca juga: Perkuat Modal, BRI Agro Fokus Transformasi Bisnis Digital
Perusahaan menanggung beban total senilai Rp25,52 triliun dari posisi akhir 2019 sejumlah Rp21,88 triliun. Salah satu penyebab rugi Indosat, kenaikan biaya keuangan 10,14 persen menjadi Rp3,04 triliun dari posisi akhir 2019 di kisaran Rp2,76 triliun. Itu meliputi lonjakan bunga pinjaman menjadi Rp2,04 triliun dari sebelumnya Rp1,64 triliun, dan sejumlah beban bunga lainnya.
Kerugian selisih kurs mencapai Rp57,72 miliar dari sebelumnya untung Rp77,62 miliar. Kas dan setara kas menukik menjadi Rp1,78 triliun dari periode sama 2019 sejumlah Rp5,88 triliun. Total aset tercatat Rp62,77 triliun, stagnan dari periode sama 2019 senilai Rp62,81 triliun. Nilai aset lancar turun menjadi Rp9,59 triliun dari periode sama 2019 di level Rp12,44 triliun, dan aset tak lancar naik menjadi Rp53,18 triliun dari edisi sama 2019 di level Rp50,36 triliun.
Baca juga: Pelaku UKM Respons Positif Restrukturisasi Kredit, Begini Penjelasan OJK
Liabilitas perusahaan tercatat Rp49,86 triliun dari periode sama 2019 di kisaran Rp49,10 triliun. Tercatat liabilitas jangka pendek senilai Rp22,65 triliun, dan liabilitas jangka panjang sejumlah Rp27,20 triliun. Ekuitas perusahaan pada akhir 2020 tercatat Rp12,91 triliun, turun tipis dari periode sama 2019 di kisaran Rp13,07 triliun. (abg)