indoposnews.co.id – Surya Semesta Internusa (SSIA) paruh pertama tahun ini mencatat pra-penjualan lahan seluas 8,8 hektare (ha) ke perusahaan teknologi regional senilai Rp155,9 miliar. Meski penjualan lahan melambat selama 1,5 tahun terakhir, perseroan menetapkan target marketing sales tahun ini seluas 15 ha dari Suryacipta City of Industry Karawang. Prospek pendapatan tahun ini, diperkirakan stagnan dibanding pendapatan sepanjang tahun lalu. Target pendapatan itu, dapat terpengaruh kalau Covid-19 menjadi lebih buruk atau berkepanjangan hingga pengujung 2021.
Pada paruh pertama 2021, Surya membukukan pendapatan konsolidasi Rp871,0 miliar. Pendapatan itu, menukik 40,6 persen dari periode sama 2020 di level Rp1,46 triliun. Koreksi itu, terutama disebabkan pendapatan konstruksi turun 42,2 persen, dan perhotelan anjlok 52,4 persen. Sementara itu, pendapatan segmen bisnis properti turun 16,2 persen. Selanjutnya, laba kotor turun 41,9 persen menjadi Rp144,2 miliar dari periode sama 2020 di kisaran Rp248,1 miliar, akibat penurunan laba kotor perhotelan 72,8 persen. Ebitda tekor 152,5 persen minus Rp24,5 miliar dari periode sama 2020 di level surplus Rp46,5 miliar, tersebab penurunan Ebitda perhotelan 58,1 persen.
Baca juga: Rights Issue 2,15 Miliar Lembar BRI Agro Tunggu Restu Pemegang Saham
Rugi bersih konsolidasi tercatat Rp190,8 miliar, menanjak 55,3 persen dibanding periode sama 2020 dengan rugi bersih Rp122,9 miliar. Penurunan laba bersih terutama disebabkan penurunan laba operasional 606,7 persen minus Rp79,6 miliar dari periode sama 2020 sekitar Rp15,7 miliar. Posisi kas mencapai Rp1.062,0 triliun, naik 32,8 persen dari posisi kas kuartal pertama 2021 sekitar Rp799,5 miliar. Peningkatan itu, terutama dari pinjaman tahap kedua sejumlah USD35 juta dari International Finance Corporation (IFC), salah satu anggota World Bank Group. Pinjaman itu, dilindungi nilai dengan cross currency interest rate swap, sehingga perseroan menerima Rp499,45 miliar dengan tingkat bunga tetap 8,96 persen.
Hingga saat ini, perseroan memiliki sisa paket pinjaman sebesar USD15 juta (dari total fasilitas kredit sebesar USD100 juta yang ditandatangani pada Mei 2018) silam. Sementara itu utang kena bunga periode paura petram tahun ini sebesar Rp2.465,5 triliun menghasilkan rasio utang atau ekuitas (gearing ratio) sebesar 60,9 persen. (abg)