Indoposonline.NET – Sepanjang perdagangan hari ini, Senin (5/7) indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang lanjut menguat. Indeks akan mengorbit level support 5.947, dan resisten 6.102. Indeks sukses mempertahankan level psikologis 6.000.
Potensi untuk melanjutkan apresiasi sangat kuat di tengah net foreign sell, dan sentimen negatif PPKM Darurat. Maklum, PPKM Darurat lebih ketat akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Namun, bakal berdampak tidak separah PSBB pertama tahun lalu.
Baca juga: Horee!! Mola Gratiskan Paket Standard di Masa PPKM Darurat
Salvian Fernando, Equity Research Analyst Victoria Sekuritas menyebut secara teknikal, saham layak untuk diperhatikan yaitu Itama Ranoraya (IRRA). Pasalnya, saham Itama Ranoraya akhir pekan lalu, mengalami retrace, dan close pada level Rp2.030 per lembar.
Itu terjadi setelah pada perdagangan Kamis (1/7), Indeks sukses menembus level resisten di kisaran Rp2.000. Volume perdagangan masih tinggi, dan kondisi saham Itama Ranoraya mendekati support. Selanjutnya, saham Itama Ranoraya menuju target price Rp2.120. Beberapa saham lain juga tidak kalah seksi yaitu Adaro Energy (ADRO), Matahari Putra Prima (MPPA), dan Elang Mahkota (EMTK).
Baca juga: Pasar Induk Kramat Jati Perketat Prokes
Menyudahi perdagangan Jumat (2/7), Indeks surplus 0,28 persen menjadi 6.023. Total volume perdagangan 20.701 miliar saham dengan total nilai transaksi Rp10,5 triliun. Indeks pada perdagangan kemarin masih diwarnai sentimen lonjakan kasus Covid-19, dan keputusan pemberlakuan PPKM Darurat Jawa-Bali pada 3-20 Juli 2021.
Sementara itu, bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street menguat pada perdagangan Jumat, 2 Juli 2021. Itu setelah data pasar tenaga kerja AS pada Juni pulih lebih cepat. Indeks S&P 500 naik 0,75 persen menjadi 4.352,34. Sedang Nasdaq surplus 0,81 persen menjadi 14.639,33. Dow Jones melesat 152,82 poin menjadi 34.786,35.
Baca juga: PPKM Darurat, Perjalanan Laut Diperketat
Indeks S&P 500 naik selama tujuh kali beruntun, lompatan terpanjang sejak Agustus 2021. Pergerakan saham teknologi mendukung pasar secara keseluruhan. Apple menanjak nyaris 2 persen, dan Salesforce naik 1,3 persen, Microsoft melonjak 2,2 persen.
Sepanjang pekan ini, Nasdaq Composite bertambah hampir 2 persen, S&P 500 naik 1,7 persen, dan Dow bertambah 1 persen. Sejumlah sektor mencapai rekor baru, termasuk teknologi, dan perawatan kesehatan. Penguatan perdagangan Wall Street didorong serangkaian laporan ekonomi, macam data pekerjaan melebihi ekspektasi.
Baca juga: IPO, PAM Mineral Berpotensi Gaet Dana Segar Rp400 Miliar
Berdasar Biro Statistik Tenaga Kerja ada tambahan 850 ribu pekerjaan bulan lalu, lebih baik dari hasil survei Dow Jones 706 ribu. Capaian itu juga melampaui 583 ribu pekerjaan pada Mei. Selain kenaikan pekerjaan, upah rata-rata per jam naik 0,3 persen pada Juni. Sementara secara tahunan surplus 3,6 persen sesuai ekspektasi.
Secara mingguan S&P 500 kini naik lima kali dari 6 minggu terakhir, sedangkan Nasdaq telah naik dalam 6 kali dari 7 minggu terakhir. Saham Boeing minus 1,3 persen, membebani Dow Jones, setelah sebuah pesawat kargo 737 melakukan pendaratan darurat di lepas pantai Honolulu.
Baca juga: Ini Pemicu BEI Sesuaikan Waktu Perdagangan EBUS, PPA, dan PLTE
Saham IBM menukik 4,6 persen setelah perusahaan mengumumkan presiden dan mantan CEO Red Hat Jim Whitehurst mengundurkan diri. Selanjutnya, Bursa AS Wall Street tutup pada Senin (5/7).
Sebelumnya, bursa Asia Pasifik mayoritas melemah. Indeks Shanghai Stock Exchange minus 1,95 persen, Hang Seng tekor 1,80 persen, dan KOSPI tergelincir 0,01 persen. Koreksi indeks Hong Kong, dan China tersebab rilis data PMI Manufaktur China versi IHS Markit Juni 2021 turun menjadi 51,3. Lalu, ditambah kekhawatiran investor mengenai pengetatan kebijakan Beijing, dan pertumbuhan ekonomi lebih lambat di China. (abg)