indoposnews.co.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak sideway cenderung melemah. IHSG akan terseret bursa regional yang mengalami kenaikan khususnya Asia sudah diperdagangkan di zona negative.
”IHSG akan bergerak pada rentang support 6.660, dan resisten 6.735,” tutur Lukman Hakim, Research Analyst Reliance Sekuritas.
Baca juga: Sambut 2022, Saraswanti Optimistis Penjualan Tumbuh 30 Persen
IHSG secara teknikal jangka pendek membentuk higher high, sudah berada pada range atas resistance level 6.735, dan indikator stochastic berada di area overbuy namun belum terjadi dead cross.
Kala IHSG berpotensi melemah, ada sejumlah saham berpotensi menguat. Antara lain BANK, BBKP, BBNI, BTPS, DMAS, INDY, PTRO, BMRI, dan MEDC.
Baca juga: Pesta Pora, Komisaris dan Direksi Nikmati 3,47 Juta Saham Bank BNI Rp14,11 Miliar
IHSG pada perdagangan kemarin berhasil ditutup menguat 0,11 persen menjadi 6.554.30. Penguatan IHSG itu, didorong harapan para investor terkait pemulihan ekonomi tahun ini, keluarnya data rilis ekonomi nasional di tengah kekhawatiran lonjakan kasus Covid-19 diikuti pengetatan pembatasan kegiatan masyarakat.
Penguatan IHSG pada perdagangan kemarin didorong sektor teknologi 4,49 persen, sektor keuangan 1,08 persen, dan sektor kesehatan 0,39 persen. Para investor asing membukukan net buy pasar regular Rp40,18 miliar, dengan saham-saham paling banyak diborong BBCA, BMRI, dan ARTO.
Baca juga: Dear Investor, Adaro Energy Obral Dividen Interim Rp4,99 Triliun
Sementara bursa saham AS Wall Street, berhasil ditutup bervariasi. Dow Jones surplus 1,20 persen, sekaligus mencatat rekor tertinggi dua hari beruntun. Para investor merespons rilis The ISM Manufacturing PMI mengalami penurunan, dan di bawah konsensus para pelaku pasar. Itu membuat para investor mengalami kekhawatiran di tengah lonjakan kasus Covid-19 AS cukup signifikan.
Bursa Asia kompak melemah. Indeks indeks Nikkei 225 minus 0,19 persen, dan Kospi tekor 0,95 persen. Para pelaku pasar merespons rilis data ekonomi PMI Asia cendrung stabil. Bank itu, di Jepang, danChina. Hanya South Korea mengalami trend kenaikan selam 3 bulan terakhir. (abg)