indoposnews.co.id – Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat total penerbitan surat utang korporasi hingga kuartal III-2025 mencapai Rp160,1 triliun. Melonjak 68,65 persen dibanding periode sama tahun lalu senilai Rp94,9 triliun.
Lonjakan itu, menandakan peningkatan kepercayaan korporasi terhadap pasar modal domestik sebagai sumber pendanaan. ”Pertumbuhan itu, menunjukkan aktivitas pendanaan perusahaan melalui obligasi, dan sukuk makin kuat,” tutur Suhindarto, Kepala Divisi Riset/Ekonom Pefindo, Kamis, 16 Oktober 2025.
Penerbitan obligasi, dan sukuk mendominasi pasar senilai Rp159,1 triliun. Melonjak 70,37 persen dari periode sama tahun lalu Rp93,4 triliun. Sebaliknya, penerbitan medium-term notes (MTN) turun 20,62 persen menjadi Rp0,8 triliun. Lalu, efek utang lain seperti sekuritisasi anjlok 70 persen menjadi Rp0,2 triliun dari tahun lalu Rp0,5 triliun.
Baca juga: Kerja Sama Lintas Batas, Pefindo Gandeng Dua Institusi Terkemuka China
Sektor perbankan, dan multifinance menjadi penyumbang terbesar penerbitan obligasi tahun ini. Sektor perbankan menerbitkan Rp31,9 triliun, diikuti sektor multifinance Rp29,3 triliun, dan sektor pulp dan kertas Rp25,1 triliun. Nah, dari sisi penggunaan dana, mayoritas penerbitan surat utang untuk modal kerja 61,5 persen, diikuti refinancing 30,4 persen, dan investasi 8,09 persen.
Suhindarto menjelaskan, per 30 September 2025 Pefindo telah menerima mandat pemeringkatan surat utang belum tercatat di bursa mencapai Rp59,43 triliun. “Mandat itu, mencakup berbagai jenis instrumen dan sektor industri berencana menerbitkan surat utang sepanjang tahun,” katanya.
Dari sisi instrumen, rencana penerbitan terbesar dari Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) obligasi Rp34,88 triliun, Sukuk Rp10,47 triliun, obligasi konvensional Rp4,9 triliun, dan MTN Rp3,68 triliun. Instrumen lainnya mencakup Sukuk Rp2,99 triliun, sekuritisasi Rp1,85 triliun, dan Surat Berharga Komersial (SBK) Rp664,98 miliar.
Baca juga: Swasta Agresif, Pefindo Catat Mandat Obligasi Korporasi Rp62,37 Triliun
Perusahaan non-BUMN masih mendominasi rencana penerbitan dengan total Rp35,88 triliun dari 28 perusahaan. Sedang BUMN, anak usaha BUMN, dan BUMD mencatat Rp23,55 triliun dari 17 perusahaan. Sektor multifinance, dan perbankan menempati posisi teratas dalam rencana penerbitan dengan nilai masing-masing Rp11,7 triliun.
Kemudian, ada sektor bubur kertas dan tisu Rp7,88 triliun, perusahaan induk Rp5,7 triliun, dan sektor pertambangan Rp4,9 triliun. Selain itu, sektor properti berencana menerbitkan surat utang Rp3 triliun, disusul konstruksi Rp2,8 triliun, dan pembiayaan non-multifinance Rp2,52 triliun. Sektor kimia, manufaktur, pertahanan, telekomunikasi, layanan bisnis, dan konsumen juga tercatat masuk daftar penerbit tahun ini.
Secara total, Pefindo mencatat 45 perusahaan dari berbagai sektor berencana menerbitkan surat utang senilai Rp59,43 triliun hingga akhir 2025. “Dengan kondisi ekonomi lebih stabil, dan suku bunga cenderung turun, kami melihat momentum positif ini masih akan berlanjut hingga 2026,” ucap Suhindarto. (abg)