indoposnews.co.id – Bank Tabungan Negara (BBTN) menjadi pionir tokenisasi aset properti Indonesia. Itu dilakukan melalui skema Dana Investasi Real Estat (DIRE) berbasis teknologi blockchain. Skema tersebut dimungkinkan melalui kerja sama BTN dengan Reliance Group serta D3 Labs sebagai penyedia teknologi blockchain untuk tokenisasi aset digital.
Sebelumnya, BTN juga tercatat menjadi pionir dalam sekuritisasi aset yang dikenal saat ini sebagai KIK-EBA (Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset). BTN mendukung inovasi teknologi sektor keuangan melalui tokenisasi aset digital. Tujuannya, agar lebih banyak investor mengakses investasi properti, baik dalam negeri maupun luar negeri.
“BTN akan menyediakan aset-aset properti masih aktif sebagai debitur BTN, dan memenuhi kriteria untuk menjadi underlying DIRE. DIRE tersebut akan diterbitkan dan dikelola Reliance untuk selanjutnya ditokenisasi oleh D3 Labs,” tutur Setiyo Wibowo, Direktur Risk Management, Selasa (30/7).
Baca juga: Melejit 172 Persen, Emiten Prajogo Pangestu Serok Laba USD30 Juta
Adapun, ketentuan produk DIRE sudah lama terbit sejak 2017 sesuai Peraturan OJK No. 64/POJK.04/2017 tentang Dana Investasi Real Estat Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif. Di luar negeri, instrumen ini dikenal dengan nama Real Estate Investment Trust (REIT). Institusi yang menerbitkan DIRE akan memperoleh sejumlah manfaat, yakni pendanaan baru untuk menunjang ekspansi bisnis, insentif pajak, dan mengubah aset tidak likuid menjadi likuid.
Sementara itu, investor yang berinvestasi pada DIRE juga akan mendapatkan sejumlah keuntungan. Di antaranya yakni alternatif investasi bidang properti sangat terjangkau, perlindungan terhadap inflasi, dan transparansi. Berdasar data KSEI, hingga kini hanya ada enam produk DIRE telah diterbitkan di pasar modal dalam negeri. “Memang tidak mudah untuk menjual produk investasi berbasis properti, meski banyak orang Indonesia meminati investasi sektor properti. Dengan adanya tokenisasi DIRE, pasar atau basis investor dapat menjadi lebih luas, transaksi lebih banyak, dan pengalihan kepemilikan lebih mudah,” tambah Akhabani, Direktur Utama Reliance Manajer Investasi.
Menurut Tigran Adiwirya, CEO D3 Labs, Indonesia saat ini menjadi primadona bagi investor global. Itu tercermin dari akumulasi realisasi penanaman modal asing (PMA) mencapai USD946,4 juta atau setara dengan Rp14,19 triliun pada akhir kuartal pertama 2024. Dengan akumulasi tersebut, Indonesia dipandang sebagai salah satu pasar negara berkembang paling potensial di dunia.
Baca juga: Selisih Kurs Tekor 241 Persen, Pengelola Kokas Raih Laba Rp846 Miliar
Adopsi blockchain untuk tokenisasi digital aset keuangan cukup masif beberapa tahun terakhir karena pasarnya sangat likuid dan efisien. Tokenisasi DIRE di pasar global, lanjut Tigran, mengalami pertumbuhan pesat yaitu mencapai USD178 juta pada September 2023 atau bertumbuh sekitar 90 persen dari posisi 2022.
Pertumbuhan itu, didorong penerapan teknologi blockchain yang membuka akses pada peluang investasi baru, memberikan kesempatan bagi D3 Labs, bersama dengan BTN dan Reliance untuk menangkap peluang tersebut. “Kami ingin membantu lembaga jasa keuangan mengembangkan inovasi produk dan jasa layanannya dengan mengutamakan keamanan, transparansi, dan akuntabilitas,” ujar Tigran.
Lebih lanjut, Setiyo mengatakan, pengembangan Tokenisasi DIRE akan dilakukan melalui Sandbox atau uji coba bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dilakukan Reliance Group dan D3 Labs. “Dalam hal ini, investor akan membeli DIRE yang ditawarkan Reliance Group dan unit penyertaannya akan dikonversi menjadi token digital oleh D3 Labs sehingga dapat memperluas pasar hingga ke luar negeri,” jelas Setiyo. (abg)