indoposnews.co.id – PT Trias Sentosa (TRST) produsen flexible packaging film September 2021 mencatat penjualan Rp2,7 triliun. Naik 20,7 persen dari periode sama tahun lalu Rp2,21 triliun. Laba bruto naik signifikan 51,9 persen menjadi Rp347 miliar.
Lonjakan penjualan itu, tersebab naik harga jual produk film packaging. Kondisi itu, inline dengan kenaikan harga bahan baku minyak bumi di pasar global. Tahun ini, harga bahan baku mengalami kenaikan 15-20 persen. ”Tahun depan kapasitas produksi akan ditambah dengan investasi USD47,5 juta,” tutur Sugeng Kurniawan, Direktur Utama PT Trias Sentosa, Jumat (26/11).
Baca juga: Dian Swastatika Dirikan Anak Usaha Bidang Holding
Selain itu, perseroan juga berhasil melakukan efisiensi selama pandemi. Efisiensi terutama pada segi material, energi listrik, dan gas. Efeknya, margin perseroan juga ikut meningkat. Pasar packaging film akan terus tumbuh. Sebab, konsumsi per kapita juga akan meningkat.
Saat ini, pasar domestik masih berkontribusi terbesar 53 persen. Sedang sisanya dari pasar ekspor 47 persen. Pasar ekspor terbesar ada di Amerika Serikat, Jepang, Australia, negara-negara Asean, China, Taiwan, Timur Tengah, dan Korea Selatan. ”Kami selalu menjaga rasio pasar domestik dan ekspor seimbang. Sehingga kalau ada apa-apa pasar domestik mudah memindahkan ke pasar ekspor,” imbuh Sugeng.
Baca juga: Garap Proyek Strategis, Bank Mandiri Fasilitasi Indonesia Infrastructure Rp2 Triliun
Tahun 2022, pasar diyakini akan lebih baik. Kalangan industri akan memanfaatkan semester pertama tahun depan menggenjot penjualan. Karena seluruh pelaku industri akan mengejar moment lebaran 2022 yang merupakan golden moment. Sebab itu, perseroan akan meningkatkan kapasitas produksi dengan mendatangkan dua mesin baru.
Tepatnya, mesin produksi Biaxially Oriented PolyPropylene (BOPP) Films berkapasitas produksi 30 ribu ton per tahun dengan investasi USD40 juta. Dan, unit kedua yakni film Cast Polypropylene (CPP) berkapasitas 15 ribu ton per tahun dengan investasi USD7,5 juta. Saat ini, utilisasi sudah mencapai 90 persen. Karena itu, kapasitas produksi harus ditambah. Belanja modal itu multiyear. ”Kami harap kedua mesin itu, mulai beroperasi pada kuartal IV 2022,” harap Sugeng. (abg)