indoposnews.co.id – Tindakan Rusia dalam perangnya dengan Ukraina kini kian brutal. Aksi ini ini dipertontonkan Rusia dengan menyerang fasilitas sipil dan permukiman penduduk Ukraina. Selasa (28/6) kemarin, misalnya, serangan Rusia kepada sebuah mal yang dipadati ribuan pengunjung di kota Kremenchuk, Ukraina tengah, telah menewaskan 20 orang warga sipil. Kontan para pemimpin negara-negara G-7 menyebut serangan barbar tersebut ‘keji’ dan menambah bukti kejahatan perang Rusia.
Mereka mengatakan, serangan membabi buta terhadap warga sipil tak berdosa adalah kejahatan perang dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, akan dimintai pertanggungjawaban. Seperti biasa, pemerintah Rusia berdalih bahwa rudalnya ‘tidak sengaja’ menghancurkan pusat perbelanjaan—fasilitas sipil! Mereka mengklaim yang mereka serang adalah depot senjata di dekatnya. Klaim yang ditolak pemerintah Ukraina sebagai kebohongan yang kian menandai metode public relation (PR) yan dipakai Rusia dalam perang yang tengah terjadi.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, segera mengutuk tindakan pengecut yang menargetkan warga sipil tersebut. Kepada Dewan Keamanan PBB, Zelenskyy mengatakan Rusia telah bertindak seperti negara teroris, dengan melakukan “pembunuhan besar-besaran” di seluruh Ukraina. Berbicara melalui video, Presiden Zelenskyy membacakan nama-nama warga Ukraina, korban dari serangan Rusia baru-baru ini.
Sebagaimana dikutip organisasi media publik non-profit, NPR, Zelenskyy mengatakan, dengan telah menyerang sekolah, pusat perbelanjaan dan banyak sasaran sipil lainnya, Rusia tidak lagi memiliki hak untuk tetap berada di badan PBB tersebut.
Baca juga : Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy Pastikan Ambisi Rusia Tidak Berhenti di Ukraina
Tindakan biadab Rusia itu tidak hanya dilakukannya di Kota Kremenchuk. Di kota Lysychansk, Rusia juga membombardir penduduk yang tengah mengambil persediaan air minum dengan roket. “Delapan warga Lysychansk meninggal, 21 orang dibawa ke rumah sakit, ” kata Gubernur Luhansk, Sergiy Haidai, di Telegram, sebegaimana ditulis Reuters dan EuroNews. Disebut-sebut Rusia menggunakan roket tipe Uragan yang mengandung munisi tandan dalam serangan tersebut. Sejak pekan sebelumnya, kondisi perang telah membuat pemerintah meminta warganya meninggalkan kota tersebut.
Seorang pejabat senior pertahanan AS mengatakan Rusia, selama akhir pekan lalu Rusia telah melakukan sekitar 60 serangan. Beberapa di antaranya serangan culas terhadap permukiman penduduk dan fasilitas sipil.
Bukti-bukti tersebut menambah panjang daftar serangan Rusia terhadap warga dan fasilitas sipil Ukraina. Sejak menginvasi Ukraina pada 24 Februari, Rusia telah melakukan pemboman udara kepada gedung teater di kota pelabuhan Mariupol, Maret lalu, yang menjadi tempat berlindung 600 orang warga sipil.
Juru Bicara Pemerintah Daerah Odesa, Serhiy Bratchuk, mengatakan Rusia juga berkali-kali menyerang dan menghancurkan permukiman warga di Odesa. Serangan yang menghancurkan dan menyebabkan kebakaran itu menyebabkan enam orang terluka, termasuk seorang anak kecil.
Warga Kota Kharkiv juga berkali-kali mendapatkan serangan roket Rusia. Selain menghancurkan rumah-rumah warga, menurut gubernur wilayah itu, serangan juga menewaskan empat orang dan melukai 19 orang lainnya.
Pada Ahad lalu, Rusia Kembali menyerang bu kota Kyiv dengan rentetan roket. Serangan kepada permukiman itu menewaskan sedikitnya satu warga sipil dan melukai beberapa orang.
Baca juga : Paus Sebut Pemboman Mal di Kota Kremenchuk Sebagai ‘Serangan Biadab’
Sebagai reaksi atas pemboman selama akhir pekan itu Presiden Zelenskyy mengatakan selama pidato Ahad malam bahwa Ukraina membutuhkan sistem pertahanan udara modern untuk mencegah serangan rudal-rudal Rusia kepada warga sipil tersebut.
Pemerintah Ukraina mengatakan, serangan-serangan Rusia terhadap permukiman warga dan fasilitas sipil itu telah membuat tempat tinggal dari 3,5 juta orang telah hancur. Secara angka, jumlah Kementerian Pengembangan Masyarakat dan Wilayah Ukraina mencatat vahwa 116 ribu bangunan tempat tinggal telah hancur binasa.