Indoposonline.net – Intiland Development (DILD) sepanjang kuartal pertama 2021 mencatat pendapatan penjualan (marketing sales) Rp310 miliar. Perolehan itu, melonjak 165 persen dibanding periode sama 2020 sebesar Rp117 miliar.
Sejak akhir 2020, minat beli properti konsumen sudah mulai berangsur membaik. Perubahan terjadi pada penjualan produk perumahan, khususnya segmen pasar menengah mulai kembali bergulir. ”Kami banyak berdiskusi dengan para konsumen dan agen properti, rata-rata sudah mulai optimistis dan punya kepercayaan kondisi akan membaik. Untuk antisipasi perubahan itu, kami menyiapkan program promo spesial dan meluncurkan beberapa produk baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen,” tutur Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono, di Jakarta, Kamis (29/4).
Baca juga: Xiaomi Luncurkan Redmi K40 Gaming Edition, Berikut Keunggulannya
Ditinjau dari lokasi, penjualan dari pengembangan proyek-proyek Surabaya berkontribusi Rp167 miliar atau sekitar 54 persen. Berikutnya dari penjualan proyek-proyek Jakarta Rp143 miliar atau 46 persen. Kalau dari segmen pengembangan, kawasan perumahan berkontribusi marketing sales paling besar yakni Rp222 miliar atau 72 persen.
Disusul penjualan segmen pengembangan kawasan industri Rp59 miliar atau 19 persen, dan segmen pengembangan mixed-use and high rise Rp29 miliar atau 9 persen. Penjualan segmen perumahan rata-rata meningkat. Kontribusi terbesar masih dari penjualan unit-unit rumah perumahan Graha Natura dan Graha Famili Surabaya, Serenia Hills, South Grove Jakarta Selatan, dan Talaga Bestari Tangerang. ”Kami menarget marketing sales tahun ini Rp2 triliun dengan fokus utama dari penjualan segmen perumahan dan high-rise,” ucap Archied.
Baca juga: XL Axiata Gelontor Dividen Rp339 Miliar, Cek Jadwalnya
Perseroan berharap pasar properti tahun ini kembali menggeliat seiring stimulus dan insentif kebijakan pemerintah. Tahun ini, bisa menjadi titik balik bagi pasar properti, konsumen melakukan pembelian, dan investasi properti. ”Kami mengapresiasi stimulus properti seperti insentif uang muka maupun relaksasi pajak pertambahan nilai cukup holistik mendorong penjualan properti,” tegas Archied.
Perseroan menawarkan berbagai kemudahan bagi konsumen untuk melengkapi insentif kebijakan pemerintah. Program-program promo itu, seperti program cicilan bertahap tanpa bunga, hingga berbagai bonus untuk pembelian proyek tertentu seperti bonus furnitur, bebas biaya servis atau iuran pengelolaan lingkungan.
Baca juga: Gelontor Dividen USD2,214 Juta, Indopoly Tambah Kapasitas Pabrik
Tahun ini, perseroan lebih fokus pada penjualan inventori atau stok unit sejumlah proyek perumahan dan apartemen. Namun, perseroan juga tetap melihat ceruk dan potensi pasar untuk peluncuran proyek-proyek baru dengan mempertimbangkan faktor risiko secara hati-hati. ”Selalu ada peluang dalam industri properti. Kuncinya, pengembang harus jeli menangkap peluang setiap sub-sektor yang ada. Kami melihat pasar mulai bergerak dan kami percaya akan berangsur-angsur membaik,” ucapnya.
Sepanjang tahun lalu, Intiland membukukan pendapatan usaha Rp2,89 triliun. Naik Rp154,3 miliar atau 5,3 persen dibandingkan periode sama 2019 sebesar Rp2,74 triliun. Pendapatan pengembangan (development income) berkontribusi terbesar Rp2,3 triliun atau 79,6 persen. Nilai pendapatan pengembangan itu, meningkat 8,2 persen dibanding periode sama 2019 senilai Rp2,1 triliun.
Baca juga: Pendapatan Wintermar Turun Menjadi USD43,37 Juta
Lalu, pendapatan berkelanjutan (recurring income) Rp589,1 miliar atau berkontribusi 20,4 persen. Pendapatan usaha segmen ini membukukan penurunan 5,7 persen dibanding periode sama 2019 senilai Rp623,1 miliar. Segmen pengembangan mixed-use & high rise berkontribusi paling besar Rp1,8 triliun, atau 63,4 persen. Meningkat 39,4 persen dibanding periode sama 2019 tercatat Rp1,1 triliun.
Segmen pengembangan kawasan perumahan Rp432,8 miliar atau 14,9 persen. Pendapatan segmen ini turun lebih dari separo dibanding periode sama 2019 senilai Rp942 miliar. Segmen pengembangan kawasan industri menyumbang Rp36,7 miliar atau 1,3 persen. Jumlah itu, menukik dibanding tahun lalu dengan kontribusi Rp63,4 miliar.
Baca juga: Bank Maspion, Milik Alim Markus Catat Laba Bersih Rp66,99 Miliar
Perseroan mencatat laba kotor Rp1,18 triliun atau naik tipis dibanding 2019 sebesar Rp1,13 triliun. Laba usaha meningkat 29 persen menjadi Rp778,4 miliar, dibanding 2019 senilai Rp603,5 miliar. Laba bersih mencapai Rp76,8 miliar, atau mengalami penurunan 69 persen dibanding 2019 sejumlah Rp251,4 miliar. (abg)