Indoposonline.NET – Tren positif pemulihan ekonomi dunia akan terus berlanjut. International Monetary Fund (IMF) memproyeksi ekonomi global tumbuh 6,0 persen, tidak berubah dibanding April 2021. Selanjutnya, 4,9 persen pada 2022 alias naik 0,5 persen poin atau pp.
Soliditas proyeksi perekonomian global didukung tambahan stimulus fiskal, dan akselerasi vaksinasi. Itu memungkinkan reopening lebih luas, khususnya di negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Sejalan dengan itu, volume perdagangan global juga diprediksi mencatat kinerja solid.
Baca juga: Melambung 709 Persen, Laba Bersih Jasa Marga Terkumpul Rp855,6 Miliar
Tahun ini, diprediksi mengalami pertumbuhan 9,7 persen 2021 naik 1,3 pp. Pertumbuhan kuat pada aktivitas perdagangan menunjukkan sektor eksternal juga menjadi faktor utama mendorong tumbuhnya ekonomi global. Namun, dunia harus mewaspadai risiko penyebaran varian Delta Covid-19 beberapa bulan terakhir, menjaga efektivitas stimulus, mendorong akses vaksinasi adil, dan merata.
Meski begitu, pemulihan ekonomi global terjadi tidak merata (uneven recovery). Antara lain tersebab perbedaan situasi pandemi Covid-19, kecepatan vaksinasi, dan dukungan stimulus ekonomi. Secara garis besar, kelompok negara maju mengalami kenaikan proyeksi didukung perluasan reopening, jangkauan vaksinasi tinggi, dan stimulus masif. Misalnya, AS dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2021 naik 0,6 pp, Zona Euro naik 0,2 pp, dan Korea Selatan naik 0,7 pp.
Baca juga: Kocok Ulang, Ini Formasi Terlengkap Penghuni LQ45
Sementara itu, tidak sedikit negara berkembang mengalami penurunan proyeksi. Utamanya akibat pemberlakuan restriksi lebih ketat di tengah penyebaran varian Delta. Tingkat vaksinasi relatif rendah di negara berkembang juga dianggap memberi risiko kerentanan terhadap kesinambungan pemulihan ekonomi ke depan. Beberapa negara mendapat revisi ke bawah antara lain India minus 3,0 pp, Malaysia turun 1,8 pp, Filipina tekor 1,5 pp, Thailand anjlok 0,5 pp, dan Indonesia menukik 0,4 pp. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari IMF tahun 2021 yakni 3,9 persen masih dalam rentang proyeksi pemerintah pada 3,7-4,5 persen.
Meski outlook ekonomi global masih solid, namun risiko dan ketidakpastian masih sangat tinggi. Kehadiran varian Delta sangat menular membayangi upaya pengendalian pandemi, dan pemulihan ekonomi banyak negara. WHO melaporkan varian itu, telah menyasar 124 negara, dan bahkan menjadi varian mendominasi berbagai negara. Misalnya, Indonesia, Inggris, Rusia, Malaysia, Thailand, dan Afrika Selatan. Oleh karena itu, banyak negara kembali melakukan pengetatan aktivitas atau menunda reopening untuk mengendalikan lonjakan kasus Covid-19.
Baca juga: Meroket 19 Persen, Saraswanti Anugerah Koleksi Laba Bersih Rp54,65 Miliar
Langkah antisipasi lain terus memperkuat testing, dan mengakselerasi vaksinasi. Selain kehadiran varian Delta, perekonomian global juga perlu terus waspada terhadap kemungkinan percepatan normalisasi kebijakan moneter AS sebagai implikasi pemulihan ekonomi cepat, dapat mendorong pembalikan arus modal menuju negara tersebut.
Indonesia akan terus mengambil manfaat dari prospek ekonomi global masih kondusif, sembari mewaspadai risiko-risiko yang ada. Permintaan produk ekspor diperkirakan masih baik seiring soliditas outlook pertumbuhan global menjadi peluang mendorong kinerja manufaktur tahun ini. Untuk itu, strategi Indonesia ke depan akan terus fokus pada upaya pengendalian pandemi, melindungi kesejahteraan masyarakat, mendorong pemulihan ekonomi nasional, dan terus meningkatkan daya saing.
Baca juga: Stok Vaksin di Kabupaten Bogor Menipis
Menyusul ancaman varian Delta, Indonesia terus memperkuat kebijakan sisi kesehatan, dan perlindungan sosial. Pemerintah telah memutuskan memperpanjang PPKM Level IV hingga 2 Agustus 2021 untuk mengendalikan pandemi. Selain itu, Indonesia juga fokus pada kebijakan prioritas bidang kesehatan seperti mempercepat vaksinasi, memperkuat 3T, dan mendorong disiplin 5M. Sementara itu, untuk membantu masyarakat terdampak di tengah penerapan kebijakan PPKM, APBN hadir memberi perluasan perlindungan sosial dan dukungan bagi UMKM, diiringi upaya percepatan penyaluran.
Menyusul ledakan kasus harian global, seluruh negara tidak boleh lengah, harus terus mewaspadai penyebaran Covid-19, dan risiko munculnya varian Covid-19 baru. Indonesia harus belajar dari pengalaman sejumlah negara sola pandemi. Di mana, pemulihan akan terjadi apabila diiringi penanganan kesehatan secara tepat. ”Pandemi Covid-19 memberi ketidakpastian tinggi terhadap ekonomi. Kita perlu hati-hati, dan menjaga disiplin pada protokol kesehatan. Kita juga belajar akselerasi vaksinasi menjadi salah satu kunci utama pengendalian kasus,” tegas Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, Rabu (28/7).
Baca juga: Potensial, Baseus Indonesia Mulai Garap Bisnis Aksesoris Mobil
Pada level global, pimpinan dunia, dalam forum G20, menggunakan seluruh upaya untuk mengatasi eskalasi gelombang baru Covid-19 akibat varian Delta. Itu dilakukan dengan menjamin akses vaksin merata seluruh negara, memastikan ketersediaan dana untuk memberikan stimulus, baik bidang kesehatan maupun perlindungan sosial. Dengan begitu, diharap tingkat kasus Covid-19 berbagai negara segera terkendali.
Vaksinasi salah satu kebijakan kunci bagi setiap negara untuk mengendalikan pandemi Covid-19. Saat ini, Indonesia menarget vaksinasi harian 1,5 juta dosis, dan akan terus ditingkatkan secara gradual. Per 27 Juli 2021, total kumulatif penyuntikan vaksin telah 63,94 juta dosis. Pemerintah juga memastikan ketersediaan jumlah vaksin agar percepatan vaksinasi terlaksana sesuai target. (abg)