Indoposonline.NET – PT Garuda Indonesia (GIAA) bakal tetap terbang dalam kondisi apa pun. Komitmen itu membulat setelah manajemen melakukan pertemuan secara internal. Termasuk membincang mengenai kondisi terkini keuangan perseroan.
”Tetap terbang. Kondisi terkini tidak memengaruhi rumusan Garuda untuk mengudara,” tutur Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra.
Baca Juga: Ini Alasan Forbes Nobatkan Bank Syariah Indonesia sebagai The World’s Best Banks 2021
Pada rapat internal, manajemen menyampaikan kepada karyawan mengenai kondisi perusahaan. Salah satunya, belitan utang senilai Rp70 triliun atau setara USD4,9 miliar. Utang itu, meningkat lebih dari Rp1 triliun setiap bulan. Pasalnya, perusahaan terus menunda pembayaran kepada pemasok.
Sepanjang kuartal tiga 2020, pendapatan Garuda melorot 67,85 persen menjadi USD1,14 miliar dengan tabulasi rugi bersih USD1,07 miliar. Kondisi itu, berbalik dari kuartal ketiga periode sama 2019 dengan koleksi laba bersih USD122,42 juta. Fakta itu, memaksa perusahaan menjajakan pensiun dini bagi karyawan.
Baca Juga: Perkuat Layanan, Bank Banten Akselerasi Penerapan Sistem Digital
Meski pendapatan dari penumpang susut, pendapatan dari kargo meningkat. Hanya, tidak dirinci berapa angka tepatnya. Namun, berdasar catatan pendapatan kargo sudah melebihi pendapatan sebelum Covid-19. ”Pendapatan kargo sudah melewati pendapatan sebelum pandemi,” ucapnya.
Menyudahi perdagangan Selasa (25/5), saham Garuda menukik 6,8 persen menjadi Rp274 per lembar. Saat pembukaan, saham Garuda tekor 12 poin ke posisi Rp282 per lembar. Sepanjang perdagangan, saham Garuda berayun di kisaran Rp274-294. saham Garuda ditransaksikan dengan frekuensi 3.554 kali senilai Rp 10,4 miliar. (abg)