indoposnews.co.id – Cottonindo Ariesta (KPAS) bakal bangun dari siuman. Perseroan tengah terlibat pembicaraan serius dengan investor strategis. Calon investor perorangan itu berasal dari Negeri Kanguru, Australia. ”Yang tertarik dengan bisnis emiten yaitu warga negara asing (WNA) bernama James Kwok. Kami masih dalam penjajakan,” tutur Marting Djapar, Direktur Utama Cottonindo Ariesta, kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (23/9).
Selain itu, perseroan juga telah menyiapkan sejumlah aksi korporasi. Tepatnya, akan menggelar private placement dengan waktu antara November-Desember 2021. Selanjutnya, right issue pada 2022. Fixed income instrumen masih dipertimbangkan pada 2022. Dan, perjanjian utang periode September-Desember 2021.
Baca juga: Bayar Utang, Barito Pacific Kantongi Fasilitas Kredit USD145 Juta
Sejumlah rencana itu, telah mendapat respons dari sejumlah kreditur perseroan. Misalnya, Bank Negara Indonesia (BBNI) sudah mengonfirmasi. Untuk Bank Central Asia (BBCA), dan Bank Panin (PNBN) dalam proses, dan review. ”Restrukturisasi utang BNI sudah dilakukan pada 28 April 2021. Lalu, BCA pada 9 Juni 2021. Untuk Bank Panin dalam proses,” imbuh Marting.
Soal utilisasi pabrik memang mengalami perkembangan kurang meyakinkan. Maklum, operasi pabrik hanya untuk produksi ekspor. Pengeoperasian pabrik secara penuh tergantung kondisi keuangan, kondisi pasar, operasional pabrik, dan kebijakan pembatasan kegiatan oleh pemerintah. Pengoperasian akan dilakukan secara bertahap antara 20-30 persen.
Baca juga: Cikarang Listrindo Terbitkan Surat Utang Global USD600 Juta
Soal prospek bisnis ke depan masih cukup bagus. Terutama kalau pandemi Covid-19 bisa lenyap. Karena itu, untuk jangka pendek prospek bisnis akan membaik. Tahun depan perseroan akan berusaha mengembalikan posisi 75 persen pasar lokal secara bertahap, menambah pasar ekspor, dan bertahap melakukan perbaikan posisi keuangan.
Selanjutnya, pada 2023, dengan catatan skenario pandemi Covid-19 sudah tidak mewabah, perekonomian, dan daya beli masyarakat berangsur pulih, perseroan memproyeksi dapat mengembalikan posisi 80-100 persen dibanding kondisi sebelum pandemi Covid-19. Perseroan akan terus memperbaiki kondisi keuangan. ”Kalau mulus, tahun 2023 sebagai pijakan untuk melakukan langkah lebih kokoh untuk tahun berikutnya,” harap Marting. (abg)