Indoposonline.NET – Waskita Karya (WSKT) akan merestrukturisasi pinjaman senilai Rp19,3 triliun. Nilai itu setara 65 persen dari total pinjaman Rp29,26 triliun kepada seluruh kreditur perseroan. Berdasar rencana, restrukturisasi itu telah disepakati lima kreditor.
Meliputi Bank Negara Indonesia (BBNI), Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Syariah Indonesia (BRIS), dan Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat (BJBR). Kesepakatan restrukturisasi tertuang dalam Perjanjian Pokok Transformasi Bisnis dan Restrukturisasi Keuangan diteken Direktur Utama Waskita Karya, dan Direktur Utama kelima kreditur di Jakarta, Jumat (16/7).
Baca juga: Kendaraan Listrik Pesat, PAM Mineral Pacu Produksi Nikel
”Saya mengapresiasi komitmen lima kreditur dan manajemen Waskita Karya. Restrukturisasi 65 persen itu kepercayaan, tidak boleh disia-siakan. Meski tersisa 35 persen perlu diperjuangkan, untuk meningkatkan keyakinan, dan optimisme dari kreditur lain, dan para mitra kerja,” tutur Menteri BUMN Erick Thohir, di Jakarta, Jumat (16/7).
Erick mengambil contoh pemulihan dan penyehatan sejumlah BUMN setelah restrukturisasi, dan transformasi total, seperti Krakatau Steel dan PTPN. ”Saya minta ditindaklanjuti dengan proses restrukturisasi, perbaikan landasan GCG, efisiensi, transformasi besar-besaran, refocusing, dan jalankan divestasi aset-aset sesuai keperluan. Terpenting, perbaikan jangan hanya sisi keuangan, tapi juga sisi manajemen,” seru Erick.
Baca juga: Melesat 0,42 Persen, IHSG Parkir Zona Hijau
Nah, kesepakatan dengan lima kreditur itu, akan menjadi momentum, langkah awal baru sangat baik bagi perbaikan kondisi keuangan, dan kinerja operasional Waskita. ”Kami berharap kreditur lain segera menyepakati, dan mendukung proses restrukturisasi Waskita,” harap Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengungkap pentingnya restrukturisasi untuk sektor infrastruktur. ”Restrukturisasi itu, salah satu bentuk komitmen BNI mendukung proses transformasi bisnis Waskita Karya. Kami harap kesepakatan ini berdampak positif terhadap kondisi ekonomi,” ucap Royke.
Baca juga: GoTo, J&T Express, dan Traveloka Antre IPO Susul Bukalapak
Upaya pemulihan kondisi usaha perusahaan muncul seiring tekanan sejak 2020. Perusahaan mencatat penurunan kinerja dan pendapatan bisnis konstruksi akibat pandemi covid-19. Transformasi keuangan dilakukan antara lain mendivestasi aset-aset jalan tol. Langkah itu, akan membantu perusahaan memulihkan kondisi keuangan menjadi lebih baik ke depan. (abg)