indoposnews.co.id – PT Bank Tabungan Negara (BBTN) sepanjang 2022 mencatat laba bersih Rp3,04 triliun. Melesat 28,15 persen dari periode sama 2021 sejumlah Rp2,37 triliun. Perolehan tersebut berkat dukungan Pemerintah mendorong penyediaan rumah rakyat layak huni, dan terjangkau di Indonesia.
Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo mengatakan peran besar Pemerintah mendukung perumahan rakyat, dan menjaga perekonomian nasional tetap stabil menjadi pendorong bisnis perseroan. Penyertaan Modal Negara (PMN), dan peningkatan alokasi dana untuk perumahan subsidi, menjadi bukti nyata dukungan Pemerintah untuk rumah rakyat.
Baca juga: Genap Berusia 18 Tahun, BTN Syariah Fokus Dukung Program Rumah Nasional
“Kami terus berupaya memberi hasil terbaik di tengah situasi ekonomi kondusif. Tujuannya, kami terus mendukung Pemerintah memberi akses pembiayaan terjangkau, dan layak huni bagi masyarakat Indonesia,” jelas Haru pada konferensi pers kinerja per 31 Desember 2022 di Jakarta, Kamis (16/2).
Peningkatan laba itu, juga didukung pertumbuhan kredit solid, perbaikan proses bisnis, kualitas kredit, dan kenaikan simpanan. Capaian tersebut, juga tidak terlepas dari racikan strategi manajemen BTN untuk berlayar di tengah kondisi pandemi.
Baca juga: Maksimalkan Bisnis Syariah Pontianak, BTN Galakkan Ekspansi di Kalbar
Haru merinci, BTN telah melakukan relokasi kantor sejak 2020 ke daerah potensial. Selain itu, perseroan berinovasi meluncurkan produk inovatif untuk menjawab kebutuhan pasar seperti KPR BTN Rent to Own dan KPR BTN Gaess. Kemudian, BTN juga memaksimalkan lini ekosistem perumahan digital dengan berbagai aplikasi simple.
Kredit dan pembiayaan tumbuh solid menjadi penopang perolehan laba bersih BTN. Kredit dan pembiayaan tumbuh 8,53 persen yoy menjadi Rp298,28 triliun dari periode sama 2021 senilai Rp274,83 triliun. Kredit pemilikan rumah (KPR) masih menjadi motor terbesar pergerakan bisnis BTN. Total KPR BTN tumbuh 9,23 persen yoy menjadi Rp233,68 triliun. KPR subsidi tumbuh 11,61 persen yoy menjadi Rp145,86 triliun. BTN memimpin pasar KPR subsidi 83 persen.
Baca juga: Berbekal Fitur Canggih, BTN Luncurkan SuperApp BTN Mobile
Di samping akselerasi kredit, BTN juga berhasil meningkatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) 8,77 persen yoy menjadi Rp321,93 triliun dari periode sama 2021 sejumlah Rp295,97 triliun. Peningkatan DPK didorong kenaikan dana murah alias current account savings account (CASA) 19,13 persen yoy menjadi Rp156,2 triliun. Biaya dana alias cost of fund (CoF) turun 53 basis poin (bps) yoy menjadi 2,60 persen dari akhir 2021 sebesar 3,13 persen.
Beban bunga atau interest expense turun 14,94 persen yoy akhir tahun lalu. Aset naik 8,14 persen yoy menjadi Rp402,14 triliun dari akhir 2021 sebesar Rp371,86 triliun. ”Pertumbuhan bisnis itu, juga diimbangi penguatan modal, perbaikan kualitas, dan peningkatan pencadangan. So, bisnis BTN diharap terus tumbuh berkelanjutan,” harap Haru.
Baca juga: Sukses Bertransformasi, 73 Tahun Bakti BTN untuk Rumah Indonesia
Dengan penambahan modal dari pemerintah, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) tier 1 BTN mencapai 16,13 persen atau naik 233 bps per 31 Desember 2022. Kemudian, perbaikan proses bisnis turut menekan rasio kredit bermasalah alias non-performing loan (NPL) gross BTN 32 bps yoy menjadi 3,38 persen. Rasio pencadangan atau coverage ratio BTN tetap naik 1.383 bps yoy menjadi 155,65 persen per 31 Desember 2022.
Per 31 Desember 2022, loan to deposit ratio (LDR) BTN tetap stabil di level 92,65 persen. Di samping itu, rasio kecukupan likuiditas alias liquidity coverage ratio (LCR) berada di posisi sehat 238,50 persen.
Baca juga: Wujudkan Masyarakat Miliki Rumah Impian, BTN Sanjung Nasabah Prioritas
Sementara itu, bisnis Unit Usaha Syariah (UUS) BTN sepanjang 2022 mencatat laba bersih Rp333,58 miliar. Menanjak 80,12 persen dari periode sama 2021 sejumlah Rp185,20 miliar. Kenaikan laba bersih UUS BTN ditopang peningkatan pembiayaan syariah, dan perbaikan kualitas pembiayaan.
Pembiayaan syariah tumbuh 14,79 persen yoy menjadi Rp33,62 triliun, dan non-performing financing (NPF) gross turun 101 bps yoy menjadi 3,31 persen. DPK BTN Syariah juga ikut menanjak 18,38 persen yoy menjadi Rp34,64 triliun pada akhir 2022. Dengan kenaikan itu, aset BTN Syariah naik 18,18 persen yoy menjadi Rp45,33 triliun per 31 Desember 2022. (abg)