indoposnews.co.id – Antisipasi banjir dengan membangun sumur resapan di kawan puncak dilakukan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) dan Pertamina. Dalam membangun sumur resapan tersebut, ATR/BPN dan pertamina menggandeng Yayasan Jembatan Nawacita.
“Puncak memiliki posisi yang sangat penting bagi wilayah-wilayah bawah yang ada di sekitarnya karena merupakan daerah hulu sungai Ciliwung,” ujar Sekjen Dewan Pimpinan Nasional KAPT Achmad Fachruddin melalui keterangan resminya (13/1).
Sejumlah pihak juga terlibat dalam upaya menciptakan kawasan Puncak yang lebih baik, terutama dalam pengendalian banjir, di antaranya adalah Komunitas Alumni Perguruan Tinggi (KAPT). Peran aktif warga juga ikut dilibatkan dalam program ini yakni IJP (Info Jalur Puncak) dan Kelompok Peduli Lingkungan Purun.
Baca Juga : Puncak Berlakukan Ganjil-Genap
“Program sumur resapan ini adalah ikhtiar untuk ikut menjaga lingkungan Puncak, dan harapannya langkah-langkah kecil ini juga menjadi sumbangsih dalam penanganan banjir Jabodetabek,” katanya.

Pembangunan sumur resapan ini diawali dari lima lokasi dengan jumlah 200 unit yang dibangun di Kampung Kabandungan dan Cibogo, Desa Cipayung Datar Kecamatan Megamendung.
Kemudian lokasi lainnya di Kampung Arayak Cibeureum, Kampung Anyar dan Kampung Cidokom Desa Kopo Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua. Total ada 23 RT dan 15 RW yang mendapat manfaat sumur resapan dari Kementerian ATR/BPN dan Pertamina.
“Program konservasi lingkungan seperti ini ternyata ditunggu-tunggu. Warga ternyata sangat paham bahwa sumur resapan bisa membantu meminimalisir kekeringan air tanah terutama di musim kemarau ,“ ujar Fachruddin.
Baca Juga : Mapala Universitas Malikussaleh Kibarkan Bendera Merah Putih di Puncak Gunung Leuser
Direspon Positif Warga
Hal ini seperti diutarakan Ilyas, warga Kampung Kabandungan. Saat mengetahui ada program pembangunan sumur resapan, ia langsung berinisiatif mengajukan lokasi di dekat permukimannya. “Saya memang meminta supaya dekat rumah saya dibangun sumur resapan. Soalnya kalau ada sumur resapan, air tanah jadi tidak cepat kering saat kemarau,” kata Ilyas.
Tempat-tempat permukiman yang rawan kekeringan air memang menjadi prioritas saat penentuan titik pembangunan sumur resapan. Selain itu, warga juga mengajukan sendiri lokasi yang biasanya menjadi titik banjir Ketika terjadi hujan deras. Di sejumlah sudut permukiman banjir kerap terjadi karena kemiringan lahan dan masalah pembuangan air hujan yang belum terkelola dengan baik.
“Saat turun hujan, lokasi rumah kami sering kebanjiran karena ada di dataran rendah. Alhamdulillah mendapat bantuan (sumur resapan). Harapannya setelah adanya sumur resapan ini air bisa ditampung di tanah sehingga kita tidak kehabisan air karena sumur-sumur berisi air sehingga membawa kemaslahatan buat semuanya,” ujar Rudi Siswantoro, warga Desa Kopo.
Sementara itu, aktivis Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), Puncak Lestari, Taufiqurohman menyampaikan berbagai upaya kini sedang dilakukan untuk menanggulangi banjir mulai dari wilayah Puncak. Upaya dilakukan salah satunya dengan prinsip mengurangi volume air hujan langsung jatuh ke sungai karena volume air yang besar dari wilayah Puncak, kerap menimbulkan ‘banjir kiriman’ di Jabodetabek. Sedangkan, saat musim kemarau, warga di sejumlah tempat juga kerap kesulitan air tanah.
“Manfaat sumur resapan di Puncak agar air hujan tidak (semuanya) langsung jatuh ke sungai. Selain itu juga fungsinya untuk menjaga lingkungan, dan menyimpan air di dalam tanah yang bisa dimanfaatkan warga,” ujar Taufiqurohman. (mid/ash)