indoposnews.co.id – SEBENARNYA ada hari penting minggu depan: Hari Toilet se-dunia. World Toilet Day. Tanggal 18 November. Dua hari setelah G20 di Bali. Toilet Anda pasti sudah baik. Istri Anda yang rajin membersihkannya. Setidaknya sudah terawat. Lalu apa yang bisa dikerjakan di hari penting itu?
Saya akan ke kampung saya. Di Magetan. Saya selalu terbayang toilet di masjid kampung saya itu. Saya harus bicara baik-baik dengan kiai di masjid itu. Jangan sampai ada yang tersinggung. Toilet di masjid baru di RT saya, di Surabaya, luar biasa baiknya. Bersih. Sistem aliran airnya juga sempurna. Pak RT kami hebat sekali. Demikian juga toilet di masjid di RT sebelah. Bagus, bersih, dan terawat.
Kini kian banyak masjid ber-AC di perkotaan. Sistem toiletnya juga dibuat seperti di hotel bintang 4. Tapi toilet di banyak masjid pedesaan, dan pinggiran, masih sangat jelek, kotor, dan tidak terawat. ”Untuk tempat umum, juara toilet-nya Bandara Soekarno-Hatta Jakarta,” ujar Naning Adiwoso, ketua Asosiasi Toilet Indonesia. “Toilet di mal-mal kita juga sangat maju,” ujar Naning.
Baca juga: Menghitung Hari
Di samping ketua Indonesia, Naning juga co-founder Asosiasi Toilet Dunia. Perserikatan Bangsa-bangsa yang mendorong dibentuknya asosiasi toilet itu. Demi lingkungan hidup lebih baik. Terutama untuk Asia. Itu juga terkait dengan pembangunan kesehatan dunia. Naning akan mengadakan acara khusus pada 18 November 2022. Dia mengumpulkan arsitek, desainer, manajemen gedung, mal, pabrik, siapa pun bersentuhan dengan toilet umum. Lokasinya di auditorium Toto, produsen peralatan toilet terkemuka Indonesia. Sudah pula mendunia. ”Asosiasi ini kan tidak punya uang. Cari tempat gratisan,” ujar Naning.
Acara hari itu: membicarakan standar toilet umum. ”Kalau Indonesia tidak memperhatikan toilet umum, kita bisa kalah dalam persaingan global,” ujar Naning. Suatu saat, bisa saja, wisata Indonesia masuk black list akibat toilet umum. ”Sekarang ini organisasi buruh dunia, ILO, juga menyoroti kondisi toilet pabrik-pabrik Indonesia,” ucap Naning.
Saya juga mendengar ini: izin umrah untuk Indonesia keluar belakangan. Itu juga karena perilaku jemaah haji kita di sana. Yakni soal perilaku di toilet. Padahal, setelah Covid-19 ini, menjaga kebersihan menjadi lebih penting. Naning lahir di Magelang, SD di Swedia, SMA di Belanda, dan kuliah di Belanda, Inggris, dan Amerika. Ketika pulang ke tanah air dia tidak bisa berbahasa Indonesia. ”Tapi saya mengerti bahasa Jawa,” ujar Naning yang ayahnyi asal Magelang, bekerja di setneg lalu pindah ke Kemenlu. “Waktu pulang saya kursus bahasa Indonesia dulu di Santa Ursula,” ujar Naning.
Baca juga: Bela Papa
Gelar Naning banyak: sarjana lingkungan, arsitek, dan desainer. Dia punya kantor arsitek di Jakarta. Terkenal sekali. Dia juga mendirikan Green Building Counsel. Dia fokus di situ. Akhirnya dia dipercaya sebagai lembaga yang berhak mengeluarkan sertifikat green building, dan green product. “Dulu orang Indonesia harus mencari sertifikat ke Singapura. Mahal,” tegas Naning. “Sekarang tidak ada lagi yang ke Singapura,” katanyi.
Aktivitasnyi di dunia lingkungan membuat Naning jadi perhatian dunia. Ketika dunia perlu mendorong perbaikan iklim toilet Indonesia Naning yang diundang. Naning-lah yang mendorong perubahan kata ‘cleaning service di bandara Jakarta menjadi facility care. Dia juga yang mengharuskan mereka pakai seragam bagus. “Dengan sebutan facility care saya maksudkan agar mereka bisa menegur pengguna toilet yang sembrono,” ujar Naning. “Mereka harus berani menegur. Kan bajunya tidak kalah bagus,” tukas Naning.
Tidak sedikit pemakai toilet umum menganggap petugas toilet sebagai pesuruh. Harga diri itu harus dibangun. Saya pun, ketika itu, sering ikut membersihkan toilet –lalu dikritik sebagai pencitraan itu. Naning baru saja membangun toilet umum di Pantai Kuta, Bali. Dilengkapi dengan shower. Lokasinya di ujung pantai Kuta. Itulah toilet umum standar untuk wisata pantai. Saya belum pernah melihatnya. Kalau ada pembaca Disway yang mendahului saya, tolonglah toilet itu difoto. Apakah benar-benar baik dan fungsional. Lalu, apakah banyak yang memanfaatkannya.
Baca juga: Lewat Tengah Malam
Naning juga lagi membangun toilet di pinggir sungai Serayu, Banyumas, Jateng. Agar sungai jangan lagi menjadi toilet terpanjang di dunia. “Sekarang ini 80 persen air sungai sudah tercemar kotoran manusia,” ujar Naning. “Mengapa di Serayu? Bukan di Kalimas atau Bengawan Solo?” “Hanya karena ada anak muda di desa itu merasa terpanggil. Ia juga siap menangani sampai pemeliharaannya,” ujar Naning. “Membangun toilet umum mudah. Siapa yang memelihara?” ujar Naning. “Yang di Kuta itu dipelihara oleh pemuda setempat,” katanyi.
“Mana yang lebih baik: toilet umum di Indonesia atau di India?” tanya saya. “Di India ada political will,” ujar Naning. “Di sana mulai ada wanita yang minta dowri dalam bentuk calon suami membangun toilet keluarga,” ujar Naning. Di Tiongkok soal toilet sampai menjadi program nasional: revolusi toilet. Di Tiongkok toiletnya terparah di dunia. Dulu. Revolusi toilet itu berhasil. Yang tersisa tinggal sedikit –sedikitnya Tiongkok.
Naning mungkin perlu membentuk asosiasi toilet pabrik, asosiasi toilet masjid dan musala, asosiasi toilet rumah sakit, asosiasi toilet terminal dan stasiun, asosiasi toilet pompa bensin, dan asosiasi toilet perkantoran pemerintah. (Dahlan Iskan)