indoposnews.co.id – PT Bank Negara Indonesia (BBNI) fokus modernisasi layanan e-channel nasabah ritel, dan nasabah gede. Itu menyusul perkembangan teknologi yang begitu pesat. Selain itu, untuk mengantisipasi kemunculan bank digital mulai marak beberapa waktu terakhir.
Tidak disangkal, bank digital muncul tidak sekadar melengkapi layanan kepada masyarakat. Tetapi, perlahan namun pasti menjadi gaya hidup masa kini. Itu terjadi menyusul penetrasi produk bank ke masyarakat Indonesia belum optimal. Kondisi itu, kemudian menjadi ladang empuk bank digital di tengah ledakan teknologi.
Baca juga: Keluar Masuk Matahari, Saham Connery Tersisa 8,08 Persen
Dengan biaya pendanaan tinggi, bank digital seharusnya menyasar segmen kredit dengan imbal hasil tinggi. Begitu pun, dengan tingkat risiko. Berbeda halnya dengan segmen bank pada umumnya. ”Kami memandang tidak semua bank cocok digital. Terpenting fokus memenuhi kebutuhan nasabah. Kami harus manfaatkan teknologi,” tutur Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini, Senin (6/9).
Soal teknologi, BNI juga tyda kalas. Perseroan fokus mempersenjatai layanan dengan meningkatkan layanan e-channel. Itu penting untuk memenuhi kebutuhan nasabah ritel, dan jumbo. Untuk nasabah besar, BNI melengkapi fitur seperti cash management pada aplikasi. ”Fasilitas e-channel kami update semua. Setahun terakhir, kami terus memperbaharui app dengan fitur unggulan,” ucapnya.
Baca juga: Gozco Capital Lepas Saham Bank Neo Rp219,87 Miliar
Selain itu, juga berkolaborasi dengan ekosistem e-commerce untuk melayani nasabah. Selama ini, telah bergandengan dengan Traveloka, dan Shopee. Ekosistem uda e-commerce besar itu sangat menentukan. Sekadar informasi, transformasi digital progresif antara lain aplikasi mobile banking paling berkembang. Kemudian pengguna BNI Mobile Apps mencapai 9,3 juta atau tumbuh 58,8 persen yoy. Memimpin ekosistem open banking dengan 283 jumlah API, tertinggi di antara peers. Selain itu, 70 persen saldo minimum dikontribusi pengguna BNI Direct, dan BNI Mobile Banking.
Kemudian pertumbuhan pendapatan operasional sebelum pencadangan (PPOP) berkelanjutan dengan melanjutkan penurunan cost of fund, dan kontrol belanja operasional disiplin. Selanjutnya, kualitas aset makin sehat dengan loan at risk (LaR) terus membaik, dan pembentukan cadangan terus ditingkatkan. (abg)