indoposnews.co.id – PT Bukit Asam menerbitkan peta jalan pengembangan bisnis energi baru terbarukan (EBT). Itu tertuang dalam dokumen Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) 2020-2050. Penerbitan dokumen itu, untuk melihat prospek jangka panjang bisnis energi hijau ke depan. ”Peta jalan itu, memiliki empat pilar utama dalam mengelola dan mengembangkan bisnis perusahaan bergerak dari energi fosil ke energi hijau,” tutur Direktur Pengembangan Usaha Bukit Asam Iskandar Zulkarnain, Senin (6/9).
Pilar pertama logistik, transportasi, dan operasi pertambangan. Perseroan akan meningkatkan kapasitas angkutan batubara, dan pelabuhan baru menjadi 32 juta ton tahun ini, dan 72 juta ton pada 2026. Untuk mendongkrak kapasitas angkut itu, perseroan akan meningkatkan jalur kereta api, dan pelabuhan existing dari Tanjung Enim ke Kertapati dari 5 juta ton menjadi 7 juta ton, Tanjung Enim ke Tarahan I dengan kapasitas 25 juta ton.
Baca juga: Keluar Masuk Matahari, Saham Connery Tersisa 8,08 Persen
Saat ini, Bukit Asam tengah menggarap proyek jalur kereta api, dan pelabuhan baru dari Tanjung Enim ke Pelabuhan Perajen sejauh 180 kilometer (km) berkapasitas 20 juta ton per tahun, ditargetkan beroperasi pada kuartal tiga pada 2026. Lalu, ada proyek jalur kereta api, dan pelabuhan baru dari Tanjung Enim ke Pelabuhan Kramasan sejauh 158 km berkapasitas 20 juta ton per tahun, dapat beroperasi pada 2024.
Pilar kedua, bisnis energi tidak hanya berbasis batubara, tetapi juga EBT. Bukit Asam mengarahkan bisnis ke sektor pembangkit listrik ramah lingkungan. Perseroan bekerja sama dengan Angkasa Pura II untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), dan mendukung program eco-airport. Saat ini, Bukit Asam tengah mengembangkan PLTS area pascatambang Ombilin di Sumatera Barat (Sumbar) berkapasitas 200 megawatt (MW), PLTS pascatambang Tanjung Enim di Sumatera Selatan (Sumsel) berkapasitas 200 MW, dan PLTS area pascatambang Bantuas di Kalimantan Timur (Kaltim).
Baca juga: BSD Matangkan Pembangunan Tol Serpong-Bogor
Pilar ketiga, merupakan bisnis kimia dan dedukatif. Misalnya, produk dimetil eter dari batubara berfungsi sebagai substitusi elpiji, mengurangi ketergantungan impor elpiji, dan meningkatkan ketahanan energi nasional berbasis sumber energi lokal. Sedangkan pilar keempat, manajemen karbon. Saat ini, rasio elektrifikasi energi hijau Bukit Asam mencapai 25 persen, revegetasi 1,39 juta pohon, dan reklamasi area pascatambang seluas 2.119 hektare. ”Kami menggenjot manajemen karbon Bukit Asam masa kini, dan masa depan,” tukas. (abg)


























