Indoposonline.NET – Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menegaskan peringkat idAA- PT Chandra Asri Petrochemical (TPIA), obligasi I/2016, obligasi berkelanjutan I tahun 2017, obligasi berkelanjutan II tahun 2018, dan obligasi berkelanjutan III tahun 2020. Outlook peringkat telah direvisi menjadi stabil dari negatif.
Itu mencerminkan pandangan Pefindo tentang kondisi industri petrokimia lebih baik dari perkiraan seiring pemulihan kondisi perekonomian setelah sebelumnya menghadapi tantangan perang dagang global dan kekuatiran terhadap dampak pandemi Covid-19.
Baca Juga: Garuda Indonesia Turbulensi, Chairul Tanjung Tekor Rp11,2 Triliun
Itu menyebabkan marjin lebih lebar antara harga bahan baku dan produk petrokimia terlihat dari marjin Ebitda Chandra Asri cenderung meningkat selama empat kuartal terakhir. Chandra Asri mengalami marjin Ebitda negatif pada kuartal pertama 2020. Namun, marjin itu telah kembali dan relatif lebih kuat dibanding level sebelum pandemi menjadi 24,7 persen pada kuartal pertama 2021.
Obligor berperingkat idAA memiliki kemampuan sangat kuat memenuhi komitmen keuangan jangka panjang dibanding obligor Indonesia lain. Tanda Kurang (-) menunjukkan peringkat itu, relatif lemah dan di bawah rata-rata kategori bersangkutan.
Baca Juga: Garuda Indonesia Bangkrut, Dahlan Iskan Bilang Gini
Peringkat dapat dinaikkan jika Pefindo berpandangan profil usaha semakin kuat secara signifikan dan menyediakan diversifikasi produk dan pasar lebih baik, dapat mengurangi volatilitas marjin, dengan tetap mempertahankan struktur permodalan konservatif.
Peringkat dapat diturunkan jika ada penurunan secara terus-menerus dalam profil keuangan karena marjin laba lebih lemah dari perkiraan sebagai akibat kenaikan harga bahan baku dan/atau penurunan harga produk. Itu dapat diakibatkan permintaan produk kimia lebih lemah dari antisipasi, terutama pasar domestik, merupakan fokus perusahaan, dan/atau karena percepatan ekspansi kapasitas dari para pelaku industri, dan/atau karena tingkat harga minyak lebih tinggi dari telah diproyeksikan.
Baca Juga: Emban CFO GoTo, Ini Tugas Utama Jacky Lo
Peringkat juga bisa berada di bawah tekanan jika perusahaan melakukan ekspansi didanai dengan utang lebih tinggi dari proyeksi. Sehingga profil keuangan menjadi moderat. Peringkat itu, belum memperhitungkan rencana tambahan belanja modal didanai melalui utang untuk pembangunan konstruksi naphtha cracker kedua perusahaan karena masih belum terdapat keputusan investasi final.
Chandra Asri merupakan produsen petrokimia beroperasi secara terintegrasi, menyediakan olefina, poliolefina, monomer stirena, dan butadiena, methyl-tertiary-butyl-ether (MTBE), dan butena-1. Perusahaan memiliki satu-satunya naphtha cracker dan fasilitas produksi monomer stirena dan butadiena di dalam negeri.
Baca Juga: Gandeng BPRS Hijra Alami, BSI Kembangkan Ekosistem Digital Syariah
Naphtha cracker milik perusahaan memiliki kapasitas produksi 2,138 kilo ton per tahun (KTA), fasilitas produksi polietilena dengan kapasitas 736 KTA, fasilitas produksi monomer stirena berkapasitas 340 KTA, fasilitas produksi polipropilena berkapasitas 590 KTA, fasilitas produksi butadiena berkapasitas 137 KTA, fasilitas produksi MTBE berkapasitas 128 KTA, dan fasilitas produksi butene-1 berkapasitas 43 KTA.
Pada 31 Maret 2021, saham perusahaan dimiliki PT Barito Pacific 41,9 persen, SCG Chemicals Co. Ltd. 30,6 persen, Prajogo Pangestu 15,1 persen, Marigold Resources Pte. Ltd. 4,8 persen, dan publik 7,8 persen. (abg)