indoposnews.co.id – Setelah sempat tertunda lantaran pandemi COVID-19. Upacara Pakelem Agung Pamahayu Jagat kembali digelar. Upacara warisan Adiluhung Bali untuk menselaraskan bumi tersebut digelar pada 2 -4 November 2021.
Acara ini dipimpin Dr. Anak Agung Ngurah Manik Danendra, S.H., M.H., M.Kn. yang akrab disapa AMD (Agung Manik Danendra). Sedangkan jadwal pelarungan sesajen dan hewan-hewan korban dilaksanakan, Kamis (4/11) 2021 di Pantai Matahari Terbit Sanur Denpasar, bertepatan dengan Tilem Kalima.
“Upacara pakelem pemahayu jagat merupakan bentuk permohonan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, serta manifestasi dalam wujud Bhatara Baruna, agar memberikan anugerah keselamatan jagat, serta karahayuan jagat,” Ujar Agung Manik Danendra, pelopor pemerhati lingkungan hidup di Bali Sabtu (6/11).
Baca Juga : SiCepat Ekspres Kembali Borong Saham Digital Mediatama Rp4,53 Miliar
Upacara pakelem agung pemahayu jagat merujuk pada lontar Widhi Sastra Roga Sanghara Gumi, yang ditulis Bhagawan Darmaloka di era kerajaan Majapahit. Dengan adanya rujukan lontar tersebut diharapkan acara turut disaksikan ida bhatara-bhatari, agar dapat mampu membersihkan bhuana agung dan bhuana alit dari pandemi.
“Sehingga kota Bali pada khususnya maupun masyarakat Indonesia bahkan masyarakat di dunia bisa bebas dari pandemi Covid-19. Dampak pandemi Covid-19 telah menyebabkan perekonomian di Bali sangat terpuruk, dikarenakan Bali masih bergantung pada sektor industri pariwisata,” katanya.
Upacara dihadiri oleh Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) yaitu Gusti Ngurah Sudiana. PHDI sendiri merupakan majelis organisasi umat Hindu Indonesia yang mengurusi kepentingan keagamaan maupun sosial. Selama acara turut hadir pula pemerintah Walikota Denpasar IGN Jayanegara, beserta tokoh masyarakat muslim di Bali yaitu Bapak H. Bambang Santoso, serta beberapa tokoh penting lainnya, termasuk keluarga Puri Tegal Denpasar Pamecutan.
“Acara disambut dengan meriah oleh partisipasi masyarakat dan berbagai pertunjukan tarian Randa dan Barong yang menawan,” terangnya.
Baca Juga : Dorong Pariwisata Aman, Bumame Farmasi Buka di Bali
Kegiatan suci ini digelar sekali dalam satu tahun, masyarakat Bali biasa menyebutnya dengan dilarung, sehingga bumi pertiwi selalu dihargai, dijaga, dan kehidupan antara mahkluk hidup bersama alam semesta dapat tumbuh harmonis.
“Tradisi adiluhung yang diteruskan turun menurun ini telah dilakukan oleh umat Hindu di Bali, bahkan nusantara sudah sejak zaman dulu,” jelasnya.
Acara ini didukung oleh Adventure Documentary Festival Academy, Adroit Indonesia, Authetic Indonesia (Metro TV), My Journey Indonesia, dan Demi Film Indonesia sebagai bentuk solidaritas pemulihan dan pertumbuhan wisata seni budaya di Bali. (ash)
Baca Juga : Pentolan MD Pictures Kembali Borong Saham Rp36,24 Miliar



























