indoposnews.co.id – Mirae Asset Sekuritas Indonesia menggelar aksi nyata tanggung jawab sosial lingkungan alias Corporate Social Responsibility (CSR). Yaitu, membersihkan sampah di Danau Situ Gede, Bogor, Jawa Barat. Tindakan sosial dilakukan bersama media, dan masyarakat.
Direktur Mirae Asset Arisandhi Indrodwisatio mengatakan kegiatan itu menjadi bagian dari komitmen perusahaan dalam menjalankan tanggung jawab sosial dan mendukung prinsip keberlanjutan atau Environmental, Social, and Governance (ESG).
“Semoga aksi ini dapat menjadi langkah kecil yang berdampak besar, terutama untuk menjadikan Dana Situ Gede ini lebih bersih, sampah yang dikumpulkan dapat bermanfaat, dan nantinya berdampak luas,” tutur Arisandhi dalam press release Media Day: August 2025, 4 Agustus 2025.
Baca juga: Naik 11 Persen, Wir Asia Tabulasi Laba Rp50 Miliar
Acara CSR bertajuk “CSR: Clean Water, Clear Future” yang digelar pada 2 Agustus 2025 itu, juga untuk meningkatkan kesadaran bersama akan pentingnya menjaga ekosistem air, dan mengelola sampah secara bertanggung jawab demi masa depan lebih baik.
Kawasan Wisata Danau Situ Gede dengan total luas area 10 hektare merupakan salah satu destinasi wisata lokal yang telah dikembangkan kembali melalui revitalisasi, dan diresmikan pada 2023. Objek wisata yang rimbun tersebut dikelilingi hutan Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR), World Agroforestry Center (ICRAF), Stasiun BMKG Dramaga, dan Kampus IPB Dramaga.
Sampah yang dikumpulkan dalam acara itu akan dipilah sehingga sampah organik terkumpul akan diolah menjadi kompos dengan memanfaatkan larva lalat tentara hitam alias Black Soldier Fly (BSF). Di sisi lain, sampah anorganiknya akan didaur ulang. Acara itu, terselenggara berkat dana CSR dari donasi Odd Lot Program, dan penjualan tiket Live Trading Class HOTS Championship 2025. Melibatkan lebih dari 40 peserta, terdiri dari internal Mirae Asset, media, dan masyarakat sekitar.
Baca juga: Rugi Menciut, Widodo Perkasa Defisit Rp1,48 Triliun
“Semoga Danau Situ Gede bisa menjadi lebih bersih, sehat, dan sampah yang dikumpulkan bisa bermanfaat bagi kelestarian alam sekitar setelah diproses secara bijak,” tutur Arisandhi.
Mengusung semangat kolaborasi dan keberlanjutan, Mirae Asset berharap kegiatan ini menjadi langkah awal untuk aksi-aksi sosial, dan lingkungan lainnya yang berdampak luas bagi masyarakat. Kegiatan itu, juga menjadi momentum bagi Mirae Asset untuk berbagi wawasan terkini mengenai kondisi ekonomi, dan pasar modal.
Pada rangkaian acara yang sama, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, menyampaikan proyeksi pasar yang relevan bagi investor di tengah dinamika global. Dia menilai saat ini kondisi makroekonomi dan pasar modal pada semester II/2025 masih akan menantang. Faktor utamanya kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat (AS) mulai berlaku pada semester II/2025.
Baca juga: BTN Luncurkan Operating Model Baru, Ini Tujuannya
“Saat ini data dan peristiwa yang terjadi beragam (mixed) karena di tengah derasnya sentimen negatif tarif dagang AS ternyata ada beberapa sentimen positif yang membuatnya seimbang. Beberapa sentimen positif itu revisi positif pertumbuhan ekonomi global, pelemahan dolar AS membuat rupiah menguat, dan ruang pemangkasan suku bunga acuan melebar,” ujar Rully.
Dia memprediksi Bank Indonesia masih memiliki ruang pemangkasan suku bunga sekali lagi 0,25 persen. Dengan prediksi suku bunga tersebut, dia memprediksi sektor emas dan perbankan masih akan diuntungkan karena pemangkasan suku bunga acuan yang sudah dilakukan akan segera berdampak pada penurunan suku bunga perbankan.
Dengan sentimen seimbang itu, dia memprediksi pada akhir 2025 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan ditutup pada 6.900. Selain itu, instrumen obligasi juga diprediksi diuntungkan dari pemangkasan suku bunga tersebut karena dapat menekan imbal hasil (yield) yang mendorong kenaikan harga instrumen surat utang.
Baca juga: Tumbuh Minimalis, Multipolar Catat Laba Rp157 Miliar
Prediksi pertumbuhan ekonomi dunia baru direvisi naik oleh Lembaga Moneter Internasional (IMF) menjadi 3,1 persen pada 2025 dan 2026, dari prediksi masing-masing sebelumnya pada level 2,8 persen, dan 3 persen. Itu tersebab penundaan pemberlakuan tarif perdagangan luar negeri AS sehingga negara-negara dunia mendorong aktivitas ekspor-impor di awal (front loading).
Indonesia, lanjut Rully, salah satu negara dengan surplus perdagangan cukup tinggi yaitu USD4,3 miliar pada Mei dan USD4,1 miliar pada Juni 2025. Namun, dia memprediksi berlakunya tarif oleh Presiden AS Donald Trump akan membuat aktivitas perdagangan dunia akan terpengaruh signifikan, tidak terkecuali Indonesia.
Dalam acara CSR tersebut, dari Mirae Asset hadir CFO & Head of Corporate Secretary Ivonne Kaharu, Head of Marketing Leo Nara Wirendra, dan Capital Market Manager Jeongmin Lee. Turut hadir Impact Manager Bumi Journey Byanmara beserta perwakilan warga sekitar. (abg)



























