Indoposnews.co.id – Pagelaran Sabang Merauke punya cerita. Pagelaran yang sempat mencuri pelataran Candi Prambanan tersebut tidak berhenti di Yogyakarta. Ballroom Djakarta Theater, Jakarta Pusat, menjadi cerita baru lahirnya sebuah pangelaran yang mewah dengan semangat nusantara.
Mengusung tema Pagelaran Sabang Merauke – Premiere with Live Performance. Pagelaran yang dipersembahkan iForte untuk melestarikan kekayaan bangsa Indonesia menghadirkan Lima penyanyi nasional, yakni Kikan Namara eks vokalis Cokelat, Mirabeth Sonia, Christine Tambunan, Taufan Purbo dan Alsant Nababan dengan nuansa yang kental keragaman budaya Indonesia.
Didukung oleh 135 penari tradisional, 46 musisi tradisional dan modern, pagelaran yang menyajikan 21 lagu daerah dan satu lagu nasional.
Baca Juga : Sebarkan Semangat Cinta Tanah Air, Pagelaran Sabang – Merauke Digelar di Jakarta
Keragaman Budaya dalam Ruangan
Keragaman budaya Indonesia dalam pagelaran Sabang Merauke mulai terasa di areal lobby luar yang disulap menjadi suasana yang sakral akan symbol geografis Indonesia yang hijau nan tersebar dari 17 ribu pulau dari Sabang Merauke. Konsep dari dekorasi areal luar lobby Pagelaran Sabang Merauke menjadi energi positif untuk memperkuat rasa bangga kita sebagai bangsa Indonesia.
Dimana gate yang menyerupai terowongan yang terbangun kayu menjadikan pagelaran ini tidak sekadar sebatas hiburan. Akan tetapi, iForte melengkapinya dengan nuansa etnik keindahan budaya nusantara melalui cultural fair yang berlangsung di luar area pertunjukan.
Kehadiran UKM pilihan menjadikan penonton semakin sadar bahwa Indonesia memiliki produk yang luar biasa. Cultural fair ini melibatkan berbagai UKM #banggalokal binaan BCA serta UKM yang mewakili program iFortepreneur, program Digital Business Plan Competititon untuk UKM dari iForte.
Baca juga : Pagelaran Sabang Merauke Hari Ini Berkumandang di Djakarta Theater
Dekorasi hijau dengan beragam stand yang dibangun dengan ornament kayu dan bambu, menampilkan sisi lain akan keindahan alam dan keragaman budaya Indonesia dalam satu paket acara.
Penonton diajak menyelami sebuah dimensi dimana geografis Indonesia yang mencapai 1.811.570 merupakan bentangan alam yang hijau.
Konsep pemandangan alam ini didukung oleh pencahayaan yang ideal di lobby Ballroom Djakarta Theater. Konsep dekorasi yang direncanakan anak bangsa itu, terlihat begitu indah di lihat dari mata. Saat itu, semua dekorasi tersebut sedang dalam tahap pengerjaan yang dibuat secara manual oleh salah satu vendor di Jakarta.
”Terima kasih untuk semua pihak yang terlibat dalam Pagelaran Sabang – Merauke. Kita semua memiliki semangat yang sama, untuk menyebarkan semangat dan cinta budaya tanah air, terutama generasi muda sebagai harapan penerus bangsa agar lebih mencintai dan bangga akan kekayaan budaya Indonesia,” ujar Vice President Director Marketing & Sales iForte Silvi Liswanda.
Disambut Tradisi Palang Pintu Betawi
Pagelaran Sabang Merauke berbeda dari pagelaran pada umumnya. Pagelaran ini menampilan prosesi Palang Pintu dalam menyambut penonton yang ingin menyaksikan penampilan Kikan Namara bersama. empat penyanyi yang akan melantunkan 21 lagu lagu daerah. ”Para hadirian akan melihat proses paling pintu didepan,”ujar CEO protelindo Grup Aming Santoso dalam sambutannya pada Kamis (2/6).
Bisa dibilang, Pagelaran Sabang Merauke menjadi pagelaran pertama yang mengusung konsep lengkap dan berbeda. ”Terus terang, ini merupakan pengalaman pertama saya melihat proses tersebut. Walaupun saya lahir di Jakarta, besar di Jakarta, kerja di Jakarta,” katanya.
Tradisi paling pintu dikenal dalam budaya Betawi. Palang pintu hadir sebagai simbolisasi Jakarta sebagai tuan rumah.
”Sungguh, malam ini malam luar biasa,”sambungnya.
Baca juga : Pagelaran Sabang Merauke di Pelataran Candi Prambanan Diboyong ke Djakarta Theater
Didukung dengan suara musik yang khas akan budaya Indonesia, kehadiran ornament Candi Prambanan di pintu masuk Ballroom, DJakarta Theater pun menjadikan suasana semakin sakral menjelang pagelaran Sabang Merauke
Sebuah Pesan Dalam Irama
Pagelaran Sabang Merauke – Premiere with Live Performance dibuka dengan penampilan Kikan Namara. Dengan latar belakang screen LED, dan meyer sound sebagai pendukung suara. Penampilan Kikan berbeda dari aksi-aksi sebelumnya.
Suaranya yang khas, dengan dengan gaun tradisional membuat penonton terkejut dengan aksi yang disuguhkannya. Penonton berdiri dan menyanyikan secara bersama lagu kebangsaan Indonesia.
Setelah melantunkan lagu Indonesia Raya. Penonton diajak merajut kebhinekaan dan melestarikan seni budaya melalui 21 lagu daerah yang dinyanyikan secara bergantian oleh lima penyanyi nasional, yakni Kikan Namara, Christine Tambunan, Mirabeth Sonia, Alsant Nababan dan Taufan Purbo.
Dalam merajut kebhinekaan, Lagu Bungong Jeumpa menjadi lagu pamungkas akan pagelaran yang dipersembahakan iForte. Penonton diajak menyelami keindahan serta kemahsyuran masyarakat Aceh sambil melihat sejumlah penari tradisional membawakan tarian Ratoh Jaroe yang melambangkan semangat dan keindahan tanah rencong.
Selanjutnya, lagu Sik Batumanikan hadir ditengah panggung yang sederhan dengan sorotan lampu yang megah. Lagu daerah Sumatera ini dinyanyikan dengan tempo cepat. Dan disusul kemudian dengan lagu, Kampung Nan Juah di Mato. Lagu daerah asal Sumatera Barat dinyanyikan Kikan Namara dengan dukungan penari tradisional yang menyebar di panggung.
Tak ketinggalan, anak-anak pun ikut mewarnai panggung Pagelaran Sabang Merauke. Mereka terlihat tampil bersama Kikan Namara dan Taufan Purbo melantunkan lagu Injik-injik Semut.
Kehadiran anak–anak dalam lantunan lagu Injik-injik Semut melengkapi makna akan lagu tersebut. apalagi, lagu ini memang dikenal sebagai lagu anak-anak lantaran lagu ini kerap mengiringi permainan mencubit punggung tangan lawan hingga sakit sehingga lawan boleh membalas cubitan tersebut.
Baca juga : JCO Gelar Konser From the New World di Balai Resital Kertanegara
Perpaduan pagelaran yang lengkap ini semakin memiliki makna dengan kehadiran lagu Soleram. Lagu asal Riau ini mengajak penonton untuk menebar akan cinta dan persahabatan. Selain itu, Soleram juga memiliki lirik menyambung tali persaudaraan dan menghindari perpecahan antargolongan. Dan lagu ini, ditutup dengan pesan agar melestarikan budaya yang mencerminkan identitas bangsa Indonesia.
Tentunya, sebagai pagelaran musik yang menampilkan lagu daerah. Pilihan lagu yang ditampilkan penyanyi dari awal dan pertengahan penampilan penuh akan makna.
Walaupun secara garis besar, pagelaran sabang merauke tidak dikemas secara dramatikal. Namun, Kikan yang ditunjuk sebagai Music Director & Lead Vocal Pagelaran Sabang – Merauke Kikan Namara mampu menjawatani dengan baik sebuah pesan melalui musik, lagu, tarian, dan busana yang disuguhkan kepada penonton.
Satu Panggung Dua Pagelaran
Disisi lain, Sang sutradara Pagelaran Sabang – Merauke, Rusmedi Agus sukses memanjakan penonton dengan mengabungkan dua pagelaran dalam satu panggung. Dimana, pertunjukan yang sebelumnya sukses dipersembahkan di pelataran candi Prambanan, Yogyakarta visual dan tampil secara beroringan dengan aksi para penyanyi, penari, dan busana yang serat akan budaya. Pagelaran tersebut ditampilkan dalam screen yang menjadi latar panggung pagelaran Sabang Merauke – Premiere with Live Performance.
Didukung dengan Sistem Speaker di The Ballroom yang dirancang oleh Meyer Sound Team di California dan disetel oleh Meyer Sound Director of System Optimization, Bob McCarthy. Pagelaran yang dikemas dipelataran Candi Prambanan di tengah penonton yang menyaksikan pagelaran Sabang Merauke – Premiere with Live Performance.
Audio yang didistribusikan secara merata dari baris depan hingga kursi belakang menjadikan pagelaran makin sempurna. Kehadrian Chrisine Tambunan, pemilik suara soprano membawakan lagu Gending Sriwijaya membuat penonton terbawa dalam atmosfer yang berbeda.
Menggunakan gaun merah, suara penyanyi yang sempat menggelar konser bertajuk Music That Capture My Heart tersebut menjadikan pagelaran tersebut tidak hanya kaya akan lagu daerah, busana daerah, dan penari tradisional dan modern. Akan tetapi, kombinasi genre musik yang secara harmonisasi disuguhkan dengan lengkap menjadikan pagelaran ini bisa dibilang luar biasa.
Suasana pertunjukan pun semakin tidak membosankan dengan kehadiran lagu asal Jawa Barat, yakni Manuk Dadali dan Dakocan, yang dilanjutkan dengan lagu Ondel-Ondel. Melalui lagu Ondel-ondel, pagelaran ini mencoba menggali akan dinamika sosial yang ada di Jakarta.
Ondel-ondel yang kerap berada di jalanan dihadirkan ditengah penonton. Kehadiran Ondel-Ondel di tengah penonton pun menjadikan penonton kembali berada dalam suasana tenang dalam menyalami kebhineakaan lewat pagelaran yang penuh serat akan makna.
Setelah terbawa suasan tawa, dengan kehadiran Ondel – Ondel. Penonton dibawa dalam suasana semangat lahirnya pancasila yang terekam dalam sebuah lagu Gugur Gunung. Sebuah pilhan lagu daerah yang tepat dalam suasana lahirnya pancasila ini mengajak penonton memperingati semagat lahirnya pancasila.
Baca juga : Jim Brickman Konser Tunggal di Balai Sarbini Jakarta
Dan di lagu ini pula, Rusmedi Agus sukses kembali mengabungkan dua pagelaran dalam satu panggung. Sebuah lagu yang dikenal luas di daerah Jawa Timur tersebut dihadirkan dengan latar belakangan penampilan penyanyi di Plataran Candi Prambanan dengan penampilan yang menggema. Melalui dua konsep tersebut, penonton diajak untuk menciptakan semangat persatuan dan kesatuan. Sebab dalam istilah Jawa, Gugur Gunung bisa dibilang aksi gotong Royong, yakni mereka tidak mengenal adanya upah atau pamrih, masyarakat mengutamakan saling membantu, dan silahturahmi.
Dan menariknya, kalimat kolobis kuntul baris yang ada dalam pengalan lirik merupakan kalimat yang sering diucapkan sang proklamator pada jaman penjajahan. penonton pun terus diberikan beragam kejutan lewat aksi lima penyanyi yang bergiliran melantunkan lagu-lagu berikutnya.
Ditutup dengan Merah Putih
Aksi kolaborasi apik lima penyanyi, 135 penari dan 46 musisi dalam melahirkan pagelaran Sabang Merauke – Premiere with Live Performance berakhir meriah. 21 lagu yang dirajut dalam kebhinekaan seni dan budaya menjadikan penonton terkesima.
Tidak sekadar aksi mereka diatas panggung, akan tetapi pemilihan lagu yang serat akan makna menjadikan generasi muda bisa menyelami betul akan seni budaya Indonesia. Dibuka dengan lagu daerah dari aceh, Bungong Jeumpa. Pagelaran Sabang Merauke – Premiere with Live Performance ditutup dengan lagu Tanah air dan bendera.
Namun sebelumnya. Dua lagu daerah dari papua, yakni Sajojo dan Yamko rambe yamko menjadi lagu daerah penutup pagelaran persembahan iForte. Satu demi satu lagu daerah yang disuguhkan para penyanyi yang didukung para musisi dan penari tradisional menjadikan pagelaran dari awal hingga akhir terlihat sempurna.
Dengan desain busana yang mewakili setiap daerah dan sorot tata cahaya yang menyinari panggung menjadi pagelaran yang terlihat berkelas. Sistem Speaker di The Ballroom dirancang yang didistribusikan secara merata dari baris depan hingga kursi belakang menjadikan pagelaran Sabang Merauke – Premiere with Live Performance semakian luar biasa.
Apalagi, Sistem Speaker di The Ballroom dirancang oleh Meyer Sound Team di California dan disetel oleh Meyer Sound Director of System Optimization, Bob McCarthy menjadikan pagelaran ini memiliki standart bagi pengendaranya, misalnya Celine Dion, Michael Buble, Ed Sheeran, Metallica, dan masih banyak lagi.
Mengusung konsep serupa dengan sentuhan visual yang lebih mewah. Pagelaran tersebut digelar selama tiga hari dengan lima kali pertunjukan di Ballroom, Jakarta Theater. Jakarta Pusat mulai 3-5 Juni 2022. Tidak hanya bisa dinikmati secara live di Djakarta Theater, Pagelaran Sabang – Merauke juga bisa disaksikan melalui akun Youtube iForte Solusi Infotek mulai Senin, 6 Juni 2022 mendatang. (ash)