Indoposonline.net – Banjir banding di Nusa Tenggara Timur (NTT) menyisahkan duka mendalam. Selain menelan korban jiwa, tidak bisa beraktivitas secara biasa. Kondisi semakin memprihatinkan saat malam tiba. Kota yang biasanya ramai tersebut berubah menjadi kota mati. Tak ada gemerlap cahaya selain lilin sebagai alat penerangan.
Dilansir dari antara. Banyak warga saat ini berburu lilin, mencari ke warung-warung di kegelapan malam yang telah berlangsung sejak Minggu (4/4). Bahkan, tak sedikit warga yang mencari rumah yang memiliki genset untuk sekadar mengecas telepon selular.
Mereka rela membayar Rp 5 ribu per jam untuk mengecas telepon selular. Aditya, seorang mahasiswa mengatakan dirinya membayar Rp5 ribu untuk bisa mengecas HP. “Ini agar bisa berkomunikasi dengan orang tua,” ujar bernadu Tokan.
Untuk telekomunikasi, terdapat titik tertentu yang bisa mendapatkan sinyal. “Dalam Kota Kupang ada sinyal seluler,” katanya.
Sementara itu, pohon yang tumbang diterpa angin kencang dan hujan lebat masih banyak yang menutupi ruas jalan. Kabel telepon dan listrik menjuntai bercampur dengan kayu dan dedaunan pohon tumbang.
Diperkirakan banyak rumah di Kota Kupang yang rusak akibat angin kencang tersebut, namun sampai sekarang belum diketahui informasi secara resmi dari pihak terkait mengenai kerusakan akibat bencana alam tersebut. (mid)