indoposnews.co.id – Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin, 3 Januari 2022. Jokowi mengungkap sejumlah tantangan ekonomi Indonesia, dan pasar modal ke depan.
Tahun lalu, sebum Jokowi merupakan tahun sulit. Indonesia terkena serangan gelombang kedua pandemi Covid-19 dengan kedatangan varian delta. Namun, sejumlah indikator ekonomi tetap menunjukkan hasil baik. Itu menjadi modal positif dan harus ditingkatkan tahun ini.
Baca juga: Menang Banyak, Urban Jakarta Akuisisi Piutang Ciptaruang Persada Rp336,19 Miliar
Sejumlah tantangan itu, sambung Jokowi akan dihadapi sepanjang 2022. berbekal kerja keras secara kolektif, hambatan tersebut bisa dihadapi dengan baik. Tahun lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tumbuh 10,1 persen. Angka itu, lebih tinggi dibanding Singapura tumbuh 9,8 persen, Malaysia minus 3,7 persen, dan Filipina minus 0,2 persen.
Selain itu, investor pasar modal naik signifikan. Pada 2017 jumlah investor ada 1,1 juta jiwa, saat ini mencapai 7,4 juta investor. Terutama investor ritel, tidak sedikit dari anak-anak muda, milenials, gen z. ”Semuanya masuk bursa dan diharap terus membesar. Kondisi itu, akan mendorong pertumbuhan ekonomi indonesia,” tutur Jokowi, usai membuka perdagangan BEI 2022, di Jakarta, Senin (3/1).
Baca juga: Jual Lahan, Sreeya Sewu Indonesia Keruk Duit Rp82,63 Miliar
Tahun ini, pasar modal Indonesia akan menghadapi beragam tantangan. Capaian pasar modal tahun lalu tidak membuat berpuas diri. Ada varian baru omicron beberapa negara. Lalu, ada pembiayaan proyek strategis berjumlah cukup besar. ”Itu harus kita pikirkan, bagaimana pembiayaan, terutama infrastruktur menciptakan lapangan kerja,” tambah Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso.
Tantangan selanjutnya normalisasi kebijakan negara maju. Kondisi itu, tidak boleh diabaikan. Inflasi sejumlah negara telah meningkat. Kemudian agenda global penurunan emisi karbon. Indonesia, berkomitmen menurunkan emisi karbon. Tantangan digitalisasi, karena ada ekses harus ditangani.
Baca juga: Dato Sri Tahir Borong Saham Sona Topas Rp76,68 Miliar
Terakhir, Indonesia perlu memikirkan sumber pertumbuhan ekonomi baru. Pasalnya, penduduk Indonesia bertambah banyak, tetapi, suatu saat akan over capacity. ”Itu sudah menjadi agenda presidensi indonesia G-20, pasar modal harus menjawab tantangan itu,” tegas Wimboh. (abg)