indoposnews.co.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin cukup bervariasi. Sempat melesat, indeks terpuruk 0,40 persen menjadi 6.507,67. Koreksi indeks seiring investor global masih mencermati varian Omicron.
Lalu, The Fed masih mempertimbangkan untuk mempercepat pembelian obligasi karena masih risiko inflasi di Amerika Serikat (AS). Powell menghimbau para pembuat keputusan AS bersiap-siap jika inflasi belum surut pada paruh pertama tahun depan. Pemodal melihat kebijakan PPKM akhir tahun, dan window dressing.
Baca juga: Market Bergairah, Serbu Saham Sarana Menara
Sektor mengalami pelemahan pada perdagangan kemarin, sektor teknologi minus 1,80 persen, properti tekor 1,57 persen, dan healthcare melepuh 1,14 persen. Investor asing membukukan net sell di pasar reguler Rp591 miliar, dengan saham paling banyak di distribusi ASII, BUKA, BMRI, dan BBNI.
secara teknikal, indeks tengah menguji support level 6.480. Beberapa hari terakhir, indeks mengalami koreksi cukup signifikan sehingga mengalami downtrend untuk jangka pendek. Namun, masih berada dalam trading range kalau Indeks menembus support level 6.480 akan melanjutkan penurunan. Namun, secara historis Indeks Desember sejak 2002 selalu tutup memerah.
Baca juga: Laba Bersih Tersisa USD18 Juta, Begini Penjelasan Energi Mega Persada
Itu karena ada sentiment window dressing akhir tahun. Kalau Indeks berhasil tertahan pada area support, berpeluang untuk melakukan pembelian. Sepanjang perdagangan hari ini, indeks akan bergerak bullish kalau masih tertahan pada area support. ”Indeks akan menyusuri rentang support 6.480, dan resisten 6.595. ”Saham dapat diperhatikan secara teknikal yaitu BANK, MDKA, MLPL, MPPA, dan BRPT,” tutur Lukman Hakim, Research Analyst Reliance Sekuritas.
Pagi ini, bursa regional Asia dibuka kompak melemah. Indeks Nikkei Jepang ambles 0,78 persen, dan indeks Kospi Korea Selatan melemah 0,86 persen. Namun, saat ini sempat diperdagangkan menguat. Yang menjadi sentimen penurunan datang dari Korea Selatan merilis neraca dagang mengalami penurunan USD3,09 miliar pada November secara tahunan alias year on year (Yoy). (abg)