indoposnews.co.id – Garuda Indonesia (GIAA) per 30 September 2024 mencatat rugi USD131,22 juta. Bengkak 81 persen dari episode sama tahun dengan tabulasi boncos USD72,38 juta. Oleh sebab itu, rugi per saham dasar dan dilusian USD0,00497 dari sebelumnya USD0,00274.
Total pendapatan usaha USD2,56 miliar, melejit 14,79 persen dari posisi sama tahun lalu USD2,23 miliar. Itu terdiri penerbangan berjadwal USD2,01 miliar, melesat 16,86 persen dari posisi sama tahun lalu USD1,72 miliar. Penerbangan tidak terjadwal USD291,15 juta, naik dari USD274,25 juta.
Total beban usaha USD2,38 miliar, bengkak dari posisi sama tahun lalu USD1,99 miliar. Itu dari beban operasional penerbangan USD1,29 miliar, bengkak dari USD1,13 miliar. Beban pemeliharaan dan perbaikan USD413,2 juta, bengkak dari USD273,68 juta. Beban kendaraan USD190,96 juta, naik dari USD154,77 juta.
Baca juga: Rugi Susut, Bukalapak Defisit Rp9,3 Triliun
Beban pelayanan penumpang USD167,66 juta, bengkak dari USD123,26 juta. Beban umum dan administrasi USD158,52 juta, bertambah dari USD129,07 juta. Beban tiket, penjualan, dan promosi USD130,62 juta, berkurang dari USD149,75 juta. Beban operasional hotel USD15,21 juta, naik dari USD14,95 juta.
Total beban usaha lainnya USD327,39 juta, susut dari USD344,12 juta. Rugi selisih kurs USD7,51 juta, berkurang dari USD13,41 juta. Pendapatan keuangan USD5,81 juta, anjlok dari USD7,39 juta. Bagian atas hasil bersih entitas asosiasi USD4,58 juta, melonjak dari USD7,39 juta. Beban keuangan USD374,33 juta, naik dari USD337,89 juta.
Total ekuitas minus USD1,41 miliar, bengkak dari akhir tahun lalu tekor USD1,28 miliar. Jumlah liabilitas USD7,91 miliar, menanjak dari episode akhir 2023 senilai USD8,01 miliar. Total aset USD6,5 miliar, berkurang dari akhir tahun sebelumnya USD6,72 miliar. (abg)