Indoposonline.NET – Sepekan terakhir, Bank Indonesia (BI) mencatat terdapat capital inflow Rp640 miliar. Modal asing mengalir kala perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Level 4 hingga 2 Agustus.
Modal asing itu, terdiri dari pembelian pasar surat berharga negara (SBN) Rp1,12 triliun, dan penjualan pasar saham Rp470 miliar. Jadi, berdasar data setelmen selama 2021 ada nonresiden beli neto Rp3,78 triliun.
Baca juga: Maksimalkan GudangPintar.id, Kioson Gandeng Perusahaan FMCG & Online Seller
Selain itu, premi risiko investasi atau credit default swap (CDS) Indonesia lima tahun pada 29 Juli naik ke level R79,09 basis points (bps) setelah minggu lalu bertengger di kisaran 77,21 bps. Imbal hasil SBN bertenor 10 tahun pada 30 Juli kembali ke level 6,29 persen setelah minggu lalu turun di kisaran 6,27 persen. Sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS (US Treasury) 10 tahun masih melanjutkan penurunan ke level 1,269 persen.
Sementara kurs rupiah naik 0,2 persen, dan berakhir di kisaran Rp14.463 per dolar Amerika Serikat (USD) dari posisi minggu lalu Rp14.493 per USD. Penguatan rupiah dipengaruhi hasil rapat bank sentral AS belum ada rencana pengetatan kebijakan dalam waktu dekat.
Baca juga: Wall Street Terjun Bebas, Peluang IHSG Positif
Gubernur The Fed Jerome Powell mengumumkan tetap mempertahankan tingkat suku bunga AS di level 0-0,25 persen. The Fed masih belum memberi kejelasan waktu pasti kapan melakukan pengetatan stimulus alias tapering off. Laporan hanya menunjukkan sejumlah indikator ekonomi seperti pasar tenaga kerja, dan inflasi mulai membaik.
Meski begitu, sentimen negatif lonjakan kasus Covid-19 di atas rata-rata 40 ribu kasus per hari sepekan terakhir menahan penguatan rupiah. Penurunan jumlah kasus positif akhir pekan lalu, tampaknya belum merepresentasikan pemulihan sejati. Itu karena data menunjukkan tingkat pengetesan periode tersebut juga menurun.
Baca juga: Efek Alat Berat Meroket, United Tractors Catat Pendapatan Rp37,3 Triliun
Seiring ledakan Covid-19 dalam negeri itu, sejumlah lembaga internasional meramal ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih lambat dari skenario awal. Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan PDB Indonesia 2021 menjadi 3,9 persen dari semula 4,3 persen. Itu menyusul pemangkasan proyeksi ekonomi Indonesia oleh Asian Development Bank (ADB) menjadi 4,1 persen dari rencana semula 4,5 persen. (abg)