Indoposonline.NET – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi konsolidasi. Secara teknikal, Indeks bergerak pulled back upper bollinger bands, dan membentuk double top jangka pendek dengan level resisten sekitar 6.160. Momentum bearish tersinyal pada indikator RSI dan Stochastic menjadi salah satu tekanan Investor untuk melakukan aksi jual di akhir bulan.
Lanjar Nafi, Equity Technical Analyst Head of Research PT Reliance Sekuritas Indonesia, menyebut kondisi indikator MACD sedikit berada pada area overvalue dengan divergence negatif pada histogram. Secara teknikal, Indeks berpotensi bergerak terkonsolidasi untuk menguji support Moving Average 20 hari di kisaran 6.057 hingga support psikologis 6.000 pada skenario bearish lanjutan.
Baca juga: Kewalahan Pasok Pasar, Mitra Angkasa Sejahtera Optimistis Tumbuh 11 Persen
Indeks akan menguji level support 6.008, dan resisten 6.096. Saham-saham dapat dicermati secara teknikal antara lain Astra International (ASII), Adaro Energy (ADRO), Bumi Serpong Damai (BSDE), Indofood CBP (ICBP), Malindo Feedmill (MAIN), (TINS), dan Summarecon Agung (SMRA).
Menyudahi perdagangan akhir pekan lalu, Indeks minus 0,83 persen atau 50,69 poin ke level 6.070,04. Aksi konservatif Investor menyambut akhir Juli 2021, dan menyambut data ekonomi awal pekan depan menjadi salah satu faktor selain pelemahan bursa regional. Saham perbankan menjadi laggar pergerakan Indeks seperti BBCA, BRIS, BBRI, dan ARTO. Indeks sektor konsumer primer tekor 2,60 persen turun paling dalam, disusul sektor keuangan minus 1,29 persen. Investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih Rp563,04 miliar.
Baca juga: Toyota Produksi Suku Cadang Land Cruiser
Sementara itu, bursa Asia berpotensi bergerak stabil awal Agustus 2021. Investor menimbang pengetatan peraturan China atas berbagai industri, dan terbukanya kembali kekhawatiran pada dampak gelombang Covid-19 varian delta. Indeks Future Jepang, Australian naik, dan Hongkong turun. Pada Juli 2021 lalu, ekuitas global mengalami kenaikan beruntun terpanjang sejak 2018 meski dengan laku kenaikan terlambat sejak enam bulan terakhir tersebab faktor inflasi tinggi.
Investor akan mencermati data awal Agustus, dan data indeks kinerja manufaktur China, Jepang, dan Indonesia dengan prediksi melambat pada Juli 2021. Selanjutnya, investor juga akan menanti data tingkat inflasi Indonesia dengan ekspektasi melambat menjadi 1,3 persen Juli 2021 dari 1,33 persen. Secara sentimen Indeks berpotensi bergerak tertahan menanti data indeks kinerja manufaktur, dan inflasi Juli 2021 diperkirakan lebih lambat dari sebelumnya. (abg)