indoposnews.co.id – Kemunculan alat swab antigen impor yang diduga beredar dipasaran membuat ribuan karyawan salah satu perusahaan alat kesehatan di Jakarta Barat melakukan aksi demo di halaman pabrik. Aksi tersebut dilakukan mereka setelah alat swab antigen impor berdampak pada kesejahteraan karyawan.
“Kami sangat prihatin dan menyayangkan masalah tersebut karena mereka rekan – rekan kami semua dan terancam dirumahkan,” ujar Lambok F. Sihombing Ketua Umum Organisasi Masyarakat Pemuda Batak Bersatu (PBB) Selasa (30/11).
Lambok mengemukakan kemunculan alat swab antigen impor yang diduga beredar dipasaran membuat para produsen alat kesehatan dalam negeri merugi sehingga terpaksa memangkas biaya produksi dan berimbas dengan pengurangan karyawan sekitar seribu orang dalam beberapa bulan terakhir.
“Kami telah berkomunikasi dengan pihak pabrik untuk menanyakan apa yang melatarbelakangi mereka merumahkan sebagian besar karyawannya. Ternyata masalahnya adalah pabrik ini tidak dapat memasarkan produk mereka di pasaran dalam negeri akibat dari banyaknya produk impor yang masih beredar,” ucap Lambok ketika ditemui awak media di Kantor PBB yang terletak di Kota Bekasi.
Baca Juga : Penuhi Permintaan, RNI Produksi Alkes Oksigen secara Mandiri
Lambok mengatakan adanya informasi terkait lelang pengadaan alat swab antigen yang diadakan oleh salah satu kementrian senilai Rp 129 miliar menjadi salah satu penyebabnya. padahal, pemerintah sendiri yang sering menggaungkan untuk mengutamakan memakai produk dalam negeri. “Di sini Kami menduga adanya kerugian negara yang sangat besar karena adanya permainan,” ujar Lambok.
Disamping itu, Lambok juga mengutarakan bahwa Ia tidak habis pikir kenapa beberapa Badan Usaha Milik Negera tidak memakai alat swab antigen produk lokal dalam kesehariaannya,, tetapi justru memakai alat kesehatan Impor yang secara harga jauh lebih mahal. Sementara penerbangan yang berasal dari negara lain yakni Lion Air, malah menggunakan produk dalam negeri yang secara harga jauh lebih murah yaitu Rp 35 ribu bahkan sudah termasuk jasa dan surat keterangan hasil pemeriksaan untuk penerbangan.
“Menurut Kami banyak produk – produk lokal yang sudah teruji secara klinis dan layak pakai serta izin edarnya juga sudah keluar, terlebih lagi harga juga lebih murah ketimbang produk impor, tetapi kenapa tidak digunakan oleh pemerintah? Itu yang Kami sangat sayangkan,” kata Lambok. (ash)